SEMARANG, Lingkar.co– Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah (Jateng) Muh Zen Adv menyoroti soal program yang gagasan Gubernur Ganjar Pranowo soal Semi Boarding School. Meski begitu, karena sudah menjadi keputusan, pihaknya akan fokus untuk mengevaluasi pelaksanaan program tersebut.
Anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu mengatakan, karena sudah menjadi keputusan dan sudah ada anggarannya, untuk itu pihaknya mengajak masyarakat untuk mematau proses pelaksanaan program tersebut. Apalagi untuk program tersebut, pemerintah menggelontorkan anggaran puluhan miliar. Untuk bangunan asrama, satu sekolah mendapat kucuran Rp 1,6 miliar.
Baca Juga:
DPRD Jateng Soroti Semi Boarding School di SMKN 1 Demak
“Sebelumnya ada tiga sekolah full boarding school gagasan Pemprov Jateng. Yakni SMK Jateng di Semarang, Pati dan Purbalingga. Kemudian, Pemprov Jateng menggagas “semi boarding school” di 15 sekolah di Jateng yang rencananya sudah mulai pendaftaran siswa tahun ajaran baru tahun ini,” katanya kepada lingkar.co pada Senin (19/4/2021).
Menurutnya, pembangunan asrama untuk siswa dalam program semi boarding school tersebut harus memprioritaskan keselamatan, dan kenyamanan siswa. Kemudian, seleksi siswa yang masuk juga harus ketat.
“Terkait dengan asrama, kami menyoroti yang ada di SMKN 1 Demak. Karena letak asrama putra dan putri terlalu dekat. Memang ada pengawasan dari guru. Namun, ini perlu menjadi perhatian, agar anak mendapat keamanan, baik lahir maupun batin. Sekat itu jangan kamar saja. Ini bukan sama dengan hotel. Dari awal saya khawatir kalau putra-putri, kalau satu jenis saja. Putra saja atau putri saja malah saya setuju,” tegasnya.
Baca Juga:
Gelar Sekolah Inklusi Pendidikan Pancasila
Perhatikan Soal Letak Asrama Siswa
Selanjutnya, menurut Zen, yang harus prioritas masuk ke boarding school ini adalah siswa yatim piatu dan dari keluarga yang kurang mampu. Sehingga, Pemprov Jateng melalui Disdikbud Jateng harus memastikan program itu betul diperuntukan/diprooritaskan anak kurang mampu dan juga memiliki keinginan belajar yang kuat.
“Memang pendidikan menengah setara SMA/SMK ini sudah gratis. Namun, untuk biaya hidup atau uang saku ini kan masih perlu. Dengan adanya program ini, harapannya angka putus sekolah bisa ditekan. Untuk itu, seleksi siswa yang masuk asrama haru benar-benar menjadi perhatian. Apalagi, kuotanya masih sangat sedikit. Contonya di SMKN 1 Demak, dari 1000 lebih siswa, yang masuk asrama hanya 30 anak, 15 untuk putra dan 15 putri,” bebernya.(lut)