Gaet Petani Milenial dengan Inovasi Profesor Tani

Inovasi Profesor Tani untuk menggaet milenial terjun ke dunia pertanian. Foto: Istimewa.

Lingkar.co – Kabid Penyuluhan dan Sarana Prasarana Dispertan Grobogan Wakid Mutowwal mengungkapkan bahwa rendahnya minat generasi milenial untuk menjadi petani menjadi problem di dunia pertanian tak terkecuali Kabupaten Grobogan.

Untuk mengatasi itu, pihaknya menciptakan inovasi yang ia sebut dengan Profesor Tani. Inovasi ini bertujuan untuo menggaet generasi milenial supaya mau bertani.

“Hasil sensus pertanian, 70% petani Indonesia berusia 43 tahun. Sedangkan petani yang berusia 40 tahun ke bawah hanya 30%,” kata Wakid, Jumat (8/11/2024).

Hijau-Minimalist-Ucapan-Selamat-Sukses-Kiriman-Instagram-3

Ia menyebutkan, dalam sepuluh tahun terakhir inu jumlah petani muda terus menurun hingga 7,2%. Oleh karena itu, pihaknya ingin mengubah citra petani yang terkesan kumuh, kotor, berat dan kurang menguntungkan.

Inovasi Profesor Tani ini, kata Wakid, merupakan sebuah julukan yang diberikan kepada para petani atas jasa dan keahlian serta keterampilannya dalam budidaya pertanian.

“Petani akan merasa semakin percaya diri dan bangga dengan panggilan tersebut,” harapnya.

Png-20230831-120408-0000

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Profesor Tani merupakan singkatan dari Precision Farming for Energy, Soil and Water to Increase the Production Efficiency and Farmer Income. Inovasi itu adalah upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan Air (Water Use Efficiency(WUE)), Pupuk (Nutrient Use Efficiency (NUE)) dan Energi (Energy Use Efficiency (EUE)).

Inovasi ini, jelas Wakid, dilengkapi dengan aplikasi yang berisi Sawah Digital (Deliniasi Petak Sawah beserta Identitas Pemiliknya di 19 Desa dan 19 Kecamatan), Sipuber (Sistem Informasi Pupuk Bersubsidi) yang ditujukan untuk para petani guna cek alokasi dan realisasi serta sisa pupuknya. Serta aplikasi Monalisa (Monitoring Alat dan Mesing Pertanian (Alsintan)) untuk mengetahui kinerja Alsintan yang telah diperbantukan.

“Inovasi dalam Profesor Tani dikelaskan ke dalam tiga hal, yakni Profesor Tani Center, Profesor Tani Car dan Application,” paparnya.

Dengan Inovasi Profesor Tani ini, lanjut Wakid, para petani dapat mengairi sawah mereka melalui ponsel berdasarkan kondisi tanah, memberikan pupuk berdasarkan kesuburan tanah. Serta menggunakan energi terbarukan yang ramah lingkungan (solar cell).

“Sehingga bertani terasa sangat mudah dan menyenangkan,” katanya. 

Ruangan Aula Bidang Penyuluhan Dinas Pertanian Kab Grobogan pun ia sulap menjadi Pusat Pengembangan Profesor Tani yang dilengkapi dengan Grup Musik Pajale Band, Perpustakaan Pertanian, SOP dan Panduan merangkai Otomatisasi Pertanian secara murah dan mudah.

“Serta Monitoring dan Kontrol Petani yang didampingi,” imbuhnya.

Kemudian masing-masing kendaraan Penyuluh Pertanian (PPL) dibranding Profesor Tani dan dilengkapi dengan alat uji pH dan kesuburan tanah.

Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi dan pamor penyuluh pertanian serta memberikan solusi kepada petani berdasarkan kondisi tanah yang terukur.

Hasilnya diklaim akan lebih optimal dan harga jualnya relatif lebih tinggi.

Hal tersebut secara otomatis akan berdampak pada peningkatan pendapatan bagi para petani.

Dampak dari Inovasi Profesor Tani ini membuat bertani semakin mudah, menarik dan menguntungkan. Inilah yang diharapkan mampu menarik generasi muda di Grobogan untuk bekerja di sektor pertanian.

“Karena saat ini 78% Petani di Grobogan didominasi usia tua. Oleh karena itu, regenerasi petani dalam rangka peningkatan ketahanan pangan harus diupayakan,” pungkasnya. (*)

Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps