Gelar FGD, Ferry ingin Komoditi Kopi di Jateng Meningkat

Wakil Ketua DPRD Jateng Ferry Wawan Cahyono (dua kiri) bersama dengan Kabid Industri Agro Sigit Adi Brata (dua kanan), Pelaku UMKM Kopi Haryo Kurniawan (kiri) dan Direktur Lingkar.co Muhammad Nurseha (kanan) saat FGD bertajuk Strategi Pengembangan UMKM Kopi di Jawa Tengah, Rabu (31/8/2022) di Anjungan Wonogiri Grand Maerakaca Semarang. ODY/Lingkar.co
Wakil Ketua DPRD Jateng Ferry Wawan Cahyono (dua kiri) bersama dengan Kabid Industri Agro Sigit Adi Brata (dua kanan), Pelaku UMKM Kopi Haryo Kurniawan (kiri) dan Direktur Lingkar.co Muhammad Nurseha (kanan) saat FGD bertajuk Strategi Pengembangan UMKM Kopi di Jawa Tengah, Rabu (31/8/2022) di Anjungan Wonogiri Grand Maerakaca Semarang. ODY/Lingkar.co

SEMARANG, Lingkar.co – Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah, Ferry Wawan Cahyono menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama pelaku kopi bersama dengan Disperindag Jateng. Dalam kesempatan tersebut Ferry mengutarakan potensi besar komoditi kopi di Jateng serta beberapa strategi pengembangannya.

“Jawa Tengah memiliki setidaknya 7.000 Hektar lahan kopi. Dari 35 daerah Kabupaten/Kota, 29-nya memiliki Komoditi Kopi. Potensinya besar sekali,” ungkap Ferry dalam FGD bertajuk Strategi Pengembangan UMKM Kopi di Jateng, Rabu (31/8/2022) di Grand Maerakaca.

Ferry memaparkan data yang telah ia kumpulkan, dari sekira 7.000 hektar lahan tersebut menghasilkan sekurang-kurangnya 28.000 ton kopi. 19.000 ton diantaranya telah mampu menembus pasar ekspor ke berbagai belahan dunia di Asia, Eropa maupun Amerika.

“Produk kopi Jateng itu kualitasnya bagus, buktinya 19.000 ton itu sudah masuk ke pasar ekspor. Penikmat kopi Jateng ini sudah seluruh dunia, tinggal kita kembangkan saja potensinya,” terang Ferry Wawan Cahyono.

Sementara pihak Disperindag Provinsi Jateng yang diwakili oleh Kepala Bidang Industri Agro, Sigit Adi Brata, mengafirmasi pernyataan Wakil Ketua DPRD Jateng tersebut.

“Benar kata Pak Wakil Ketua terkait dengan data hasil dan pencapaian ekspor kopi Jateng. Pun demikian, kopi sebagai sub sektor industri pangan masih banyak dapat dikembangkan,” kata Sigit.

Menurutnya, sektor industri pangan sendiri menyumbang sekurang-kurangnya 30 persen dari keseluruhan industri dan perdagangan di Jateng.

“Sektor pangan memberi andil cukup besar dalam perekomian di Jateng, sekurang-kurangnya 30 persen-an. Untuk itu, kami dari pemerintah memiliki program-program unggulan yang dapat masyarakat akses untuk meningkatkan produktifitas,” jelasnya.

Banyak, lanjut Sigit, program-program pelatihan, bantuan peralatan, hingga pendampingan langsung terkait perijinan dan setifikasi.

“Sertififikasi halal yang hari ini menjadi banyak perhatian bagi pelaku industri pangan. Kami banyak melakukan pendampingan dan sudah banyak yang ikut mendaftar,” ungkap Sigit.

Strategi Peningkatan UMKM Kopi di Jateng

Dalam FGD tersebut Wakil Ketua DPRD Jateng juga mengundang pelaku UMKM, petani, dan penikmat kopi Se-Jateng. Dalam FGD tersebut Ferry mengkapkan banyak hal untuk dapat meningkatkan produktifitas kopi di Jateng.

“Ada banyak hal yang dapat kita lakukan, per-hektar hari ini menurut data tiap hektar tanaman kopi menghasilkan 1 ton. Dari hulunya dulu, kita harus dapat tingkatkan,” ujarnya.

Ferry berkeinginan masalah-masalah dan kekurangan dapat terurai agar dapat meningkatkan komoditi kopi jateng ini.

“Harus kita urai semuanya, dari hulu, hingga hilirnya. Petani harus mulai mengerti tentang Good Agliculture Practice (GAP). Seperti di Vietnam itu mereka bisa 4.000 ton pada setiap hektar tanaman kopi. Nah, kita harus bisa seimbangkan dulu nih, bisa nggak di Indonesia kita terapkan,” jelas Ferry yang juga menjabat sebagai Ketua Ormas MKGR Jateng tersebut.

Ferry juga mendorong para pelaku UMKM dan pengusaha pasca tanam kopi untuk dapat melihat pontensi di hilir yang masih belum tergarap.

“Hilirisasi hari ini punya peran sangat penting dalam pengembangan UMKM Kopi. Kan sekarang itu tanam kopi di desa lalu di proses oleh industri besar di kota, lalu setelah proses hingga menjadi sachet, kok jualnya ke desa lagi. Bagaiman kalau kita buat, misal produknya kopi Batang, yang memproses orang Batang dan yang menikmati seluruh warga Jateng. Harusnya kan bisa?,” jelas Ferry.

Sementara, pelaku UMKM kopi Jateng, Haryo Kurniawan, yang turut menjadi narasumber dalam FGD tersebut menjelaskan, jika political will menjadi kunci pokok perkembangan UMKM Kopi Jateng.

“Intinya ada pada political will dari para pemangku kebijakan. Bantuan-bantuan untuk para pelaku UMKM kopi ini harus tepat sasaran dan tepat guna. Sehingga, seluruh lini dari hulu hingga hilir dapat berkonsentrasi untuk meningkatkan produk masing-masing,” kata founder DAV Roastery tersebut.

Acara FGD yang berlangsung di Anjungan Wonogiri Grand Maerakaca Kota Semarang tersebut berlangsung meriah. Karena banyak dihadiri oleh pelaku usaha kopi, petani kopi, barista, hingga penikmat kopi Jateng.(Adv)