Lingkar.co – Pengurus Wilayah (PW) Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Jawa Tengah menggelar refleksi kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia di aula Wisma Perdamaian Tugu Muda Semarang, Jum’at, (22/8/2025) siang.
Kegiatan dirangkul dengan launching dan bedah buku berjudul Menyalakan Api Perlawanan Masterpiece Perjuangan Ulama Jawa Tengah Melawan Penjajah. Buku tersebut merupakan karya pengurus IKA PMII, Dr. M. Kholidul Adib. Ia sejak aktif sebagai kader PMII memang sudah dikenal gemar berdiskusi dan menggali sejarah.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah Dr. KH Ahmad Darodji yang didaulat Keynote Speach memberikan pemantik bahwa sejak dahulu para tokoh Islam atau ulama merupakan pelopor perjuangan bangsa dalam melawan kolonialisme di Nusantara (Indonesia).
“Dari dulu yang gigih mempelopori perjuangan perlawanan terhadap penjajah itu ya ulama. Namun selama ini kiprah perjuangan para ulama belum banyak yang ditulis sehingga generasi muda sekarang belum banyak yang tahu,” kata Darodji.
Menurut Darodji, sebagai umat Islam yang berbangsa Indonesia harus bersyukur dengan nikmat kemerdekaan yang diperoleh melalui perjuangan para orang tua terdahulu, terutama para ulama yang menjadi pelopor pejuangan melawan penjajah.
“Untuk itu, guna mengenang dan meneladani perjuangan para ulama sekaligus memupuk jiwa nasionalisme kita semua, terutama para generasi muda, maka refleksi kemerdekaan ke-80 dan launching buku ini menjadi sangat penting untuk kita apresiasi,” ujarnya.
Usai Darodji memberikan orasi kebangsaan, kegiatan dibuka oleh Staf Ahli Gubernur Bidang Kemasyarakatan dan SDM dr. Ikhwan Hamzah, dan dilanjutkan dengan bedah buku.
Sebanyak 4 tokoh hadir sebagai narasumber bedah buku, yakni; Prof. Dr. H. Musahadi M.Ag. (Ketua PW IKA PMII Jateng) Prof. Dr. H. Arief Junaidi M.Ag. (Ketua LP2M UIN Walisongo) Muslihah Setiasih mantan Plt. Kepala Kesbangpol Jateng dan Drs. KH. Ali Munir Basyir M.Pd (Pengasuh PP Alfirdaus YPMI Ngaliyan Semarang). Bedah buku dipandu moderator sekaligus penyunting buku Dr. M. Kholidul Adib.
Ajukan Gelar Pahlawan Nasional
Ketua LP2M UIN Walisongo, Prof. Dr. H. Arief Junaidi menyatakan penulisan sejarah yang dilakukan PW IKA PMII Jawa Tengah ini sangat penting. Sebab, hal itu bisa jadi pijakan untuk merengkuh masa depan.
“Penulisan sejarah ini bagian dari upaya menapaki pijakan sejarah supaya kita dapat menempatkan sejarah dalam locus dan tempus tertentu. Untuk itu kita harus melengkapi diri kita dengan data-data sejarah yang banyak dan valid,” ujarnya.
Ia menilai buku yang berisi biografi 51 ulama pejuang tersebut sudah menarik, tapi masih banyak tokoh ulama pejuang yang belum ditulis pada edisi pertama. “Sebagai masukan untuk edisi kedua nanti bisa memasukkan nama-nama ulama pejuang yang belum masuk seperti Sunan Tembayat yang ikut mengirim pasukan dalam penyerangan Sultan Yunus ke Malaka tahun 1521. Selain itu ada Sultan Agung yang menyerang VOC di Batavia tahun 1628 dan 1629. Kemudian Pangeran Juminah yang juga ikut menyerang ke Batavia. Ada juga Kiai Rifai Kalisalak dan Kiai MandhurTemanggung,” pesannya.
Menurutnya, tokoh yang ditulis dalam buku tersebut banyak yang memenuhi ketentuan untuk diajukan agar mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Misalnya KH Hasan Anwar Gubug yang juga seorang santri KH Hasyim Asyari Jombang dan mursyid thariqoh Qodiriyah wa naqsyabandiyah murid KH Ibrohim Bumbung Mranggen.
Pada tahun 1947, Hasan Anwar ikut bersama para santri berjuang melawan Belanda dalam sebuah pertempuan di Gubug dan ia gugur di medan pertempuran. Ia sudah mendapatkan penghargaan sebagai pahlawan kemerdekaan, maka dari itu juga layak diajukan untuk mendapatkan gelar sebagai pahlawan nasional.
“Sebab untuk mengusulkan seseorang pejuang sebagai pahlawan nasional harus disusun buku biografi dan kiprah perjuangannya dengan sumber data yang valid dan sahih,” urainya.
‘Namun yang tidak kalah penting juga perlu disiapkan vitamin karena perjuangan untuk meraih gelar pahlawan nasional nembutuhkan biaya yang besar, maka mungkin kita bisa iuran untuk memperjuangkan para ulama kita agar mendapatkan gelar pahlawan nasional,” sambungnya. ($)
Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat