BLORA, Lingkar.co – Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) di Kabupaten Blora, Jawa Tengah mengeluhkan adanya gerakan Jateng di Rumah Saja pada akhir pekan lalu.
Pasalnya, adanya gerakan gagasan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo itu membuat omzet jualannya turun drastis. Mereka pun meminta agar sebelum menerapkan kebijakan ada solusi bagi warga terutama wong cilik yang terdampak.
Salah satu PKL Mulyono,47, mengaku, pendapatannya semakin menurun selama dua hari pelaksanaan Jateng di Rumah Saja akhir pekan lalu. Menurutnya, pendapatannya selama penerapan pembatasan jam malam saja sudah turun. Itu semakin parah dengan adanya kebijakan Dua Hari di Rumah Saja.
“Ya semenjak penerapan pembatasan jam malam rasanya sudah berkurang aja yang mau beli. Apalagi kemarin dua hari di rumah saja. Yang keluar rumah sedikit, yang mau jajan di kaki lima otomatis jadi ikut berkurang,” kata Mulyono Selasa (9/2/2021).
Untuk itu, ia meminta kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk lebih mempertimbangkan segala kebijakan sebelum penerapannya. Selain itu juga memberi solusi agar tidak ada pihak yang rugi.
“Ya saya dan para penjual yang lain pasti meminta pengertian dari Pak Gubernur. Supaya lebih bijak lagi dalam membuat peraturan. Kita kan pedagang yang pendapatannya harian hanya wong cilik. Kalau dalam satu hari yang beli sedikit gara-gara disuruh di rumah, pendapatan kita juga ikut menurun,” keluhnya.
Meski begitu, para pedagang Blora tetap berusaha untuk mematuhi aturan yang berlaku. Mulai dari pembatasan jam malam, pembatasan jam jualan saat Gerakan Dua Hari di Rumah Saja, hingga sampai dengan mematuhi protokol kesehatan saat berjualan.
“Kami para pedagang juga pasti taat aturan, disuruh turup jam 10 ya tutup. Disuruh pulang gasik pas jualan ya nurut. Kami juga selalu pake masker dan rajin cuci tangan, supaya virus corona ini bisa segera hilang,” ucap Mulyono.(oru/lut)
Sumber: Koran Lingkar Jateng