Lingkar.co – Perkumpulan Pendidik dan Promotor Kesehatan (PPPKMI) Pengurus Daerah Jawa Tengah, berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dan Vital Strategies mengadakan kegiatan Workshop Penguatan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) pada Perguruan Tinggi di Jawa Tengah.
Kegiatan ini merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan membangun komitmen Perguruan Tinggi yang ada di Jawa Tengah untuk mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan kampus, serta menyusun mekanisme pembinaan pada Perguruan Tinggi.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yunita Dyah Suminar menyampaikan, bahwa perilaku merokok di Jawa Tengah masuk tiga besar dan memberikan edukasi kepada orang lain untuk tidak merokok sangat susah. Hal ini menjadi tugas bersama dalam mengurangi prevalensi merokok salah satunya dengan menerapkan KTR di wilayah masing-masing.
“Saat ini sudah ada peraturan yang krusial sebagai dasar implementasi KTR, namun perlu diingat, jangan hanya ada aturan dan SOP saja tetapi dalam penerapannya juga harus aplikatif. Selain itu sekolah sebagai institusi pendidikan dan juga tiap individu harus bekerjasama untuk mewujudkan KTR,” katanya, Selasa (18/3/2025).
Sementara itu, Ketua PPPKMI Pengda Jawa Tengah, Anung Sugihantono melalui kegiatan workshop Penguatan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Perguruan Tinggi dapat menginplementasikannya.
“Dengan kegiatan ini diharapkan menjadi pembelajaran bagi setiap perguruan tinggi dalam mengimplementasikan KTR di masing-masing wilayah kampusnya. Selain itu OPD juga diharapkan dapat memberikan dukungan dalam implementasi KTR sehingga angka perilaku merokok khususnya pada usia remaja-dewasa dapat ditekan,” harapnya.
Sekretaris umum PPPKMI Pengda Jateng, Nurjanah menilai, implementasi KTR di institusi Perguruan Tinggi merupakan kombinasi dan interaksi yang kompleks antara komitmen kepemimpinan yang bersifat institutional dan variabilitas konsep KTR pada masing-masing Perguruan Tinggi.
“Keberagaman dalam konsep KTR antar institusi Perguruan Tinggi mencerminkan perbedaan dalam paradigma institusional, prioritas strategis, dan konteks sosio-kultural akan menghasilkan interpretasi dan pendekatan yang berbeda-beda. Interaksi antar komitmen pemimpin melahirkan keberagaman dalam formulasi kebijakan KTR dan implementasinya,” pungkasnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang, Mochamad Abdul Hakam yang merupakan salah satu narasumber dalam kegiatan tersebut menyampaikan, dalam upaya penerepan KTR di institusi perndidikan Kota Semarang.
“Adapun tantangannya yaitu kurarngnya pengawasan dan penegakan hukum seperti minimnya Satgas Pengawasan KTR di tingkat sekolah atau kampus, budaya dan kebiasaan merokok, pengaruh industri rokok, baik melalui iklan terselubung maupun sponsorship yang memberi efek normalisasi rokok di kalangan muda,” paparnya.
Dinkes Semarang melalui program PITERPAN (Pelayanan & Edukasi Kesehatan Terpadu Pelajar Kota Semarang) hadir menjawab tantangan upaya pelayanan kesehatan pada usia remaja dengan kegiatan skrining dan edukasi kesehatan dalam konsep yang menyenangkan. Salah satu edukasi kelas yang diberikan adalah tentang bahaya rokok dan kawasan tanpa rokok. ***