Juan Rama Datangi Lokasi Pencemaran Limbah Pabrik yang Rugikan Warga

Juan Rama saat melakukan peninjauan di Lapangan terkait limbah pabrik (Minggu 5/9/2021) Fb Juan Rama/Lingkar.co
Juan Rama saat melakukan peninjauan di Lapangan terkait limbah pabrik (Minggu 5/9/2021) Fb Juan Rama/Lingkar.co

SEMARANG, Lingkar.co – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang, Juan Rama, menerima laporan warga terkait pencemaran limbah pabrik.

Laporan tersebut, disampaikan warga RT 9 RW 10 Kelurahan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, di kediaman Juan Rama, pada Sabtu (4/9/2021) malam.

Kepada Juan Rama, warga meminta bantuan agar persoalan pencemaran limbah pabrik di wilayah mereka segera teratasi.

Selain itu, warga juga meminta pembangunan jalan, talud air dan galian selokan untuk mengatasi limbah pabrik.

Baca Juga:
DKK Tegaskan Sudah Kelola Limbah Medis dengan Baik

Usai mendengar keluhan warga, Legislator dari Fraksi PKB itu, langsung mendatangi lokasi yang terdampak pencemaran limbah pabrik.

“Di situ kan ada dua pabrik, yang pertama PT Nuclear namanya bidang usahanya Flex Banner, sama satunya lagi Pabrik Kertas,” ucapnya.

Dia menambahkan, bahwa di tempat tersebut, ada dua pabrik yang menyebabkan terjadinya pencemaran.

Juan Rama mengatakan, banyak masyarakat yang mengeluhkan gatal-gatal karena pencemaran.

“Asap batu bara itu kan bahaya kalau kena kulit, jadi masyarakat itu mengeluhkan kalau gatal-gatal. Jadi pencemarannya di situ,” ucapnya.

Juan Rama, juga telah menghubungi Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang. Namun, tidak mendapat respon.

“Saat ini saya masih mencari informasi terkait pemilik pabrik-pabrik itu untuk cross check secara langsung,” ucapnya.

MENCEMARI UDARA DAN AIR

Sementara itu, menurut Ketua RT 9, Kelurahan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Horizon, bahwa limbah hasil dari pabrik itu telah mencemari udara dan air pemukiman warga.

“Saya mengajukan laporkan pribadi ke perusahaan (pabrik), dan ditanggapi awalnya asap cerobong itu hitam pekat karena menggunakan kelapa sawit sekarang diganti batu bara,” ucapnya, saat dikonfirmasi Lingkar.co, Rabu (8/9/2021).

“Menurut saya, batu bara lebih bahaya daripada cangkang kelapa sawit,” sambungnya.

Pada saat musim hujan, kata Horizon, air sumur punya warga biasanya berwarna gelap, kadang hitam ataupun kuning.

“Yang dikhawatirkan ketika nanti musim hujan, air di sumur warga itu kadang berwarna hitam ataupun kuning,” ucapnya.

RESPON LURAH WONOSARI

Lurah Wonosari, Utomo, mengatakan, pihaknya telah melakukan mediasi terkait permasalahan limbah air tersebut.

“Kami sudah melakukan mediasi waktu itu, dengan perusahaan-perusahaan itu. Saat mediasi juga ada Babinsa dan Bhabinkamtibmas, petugas dari Dinas Lingkungan Hidup, para tokoh masyarakat, dan perwakilan perusahaan,” jelasnya.

Namun, kata dia, pihak RT 9 masih mempertanyakan kejelasan terkait bantuan untuk memperlebar selokan, untuk mencegah pengendapan air. Terlebih saat ini mendekati musim penghujan.

“Warga sudah banyak yang bertanya, Pak Lurah ini sudah musim hujan tapi kok belum dilebarkan selokannya,” ucapnya.

Utomo menjelaskan, terkait permasalahan selokan, telah masuk dalam musrenbang. Namun, karena ada refocusing akhirnya mundur.

“Itu (perbaikan selokan) tadinya masuk ke Musrenbang, karena kemarin ada refocusing jadi mundur. Terus kami mencoba mengajukan kontribusi lingkungan kepada perusahaan-perusahaan barangkali lebih cepatkan kita langsung bisa tangani,” jelasnya.

Setelah mendapatkan laporan lagi, Utomo, akan menindaklanjuti dan mengadakan mediasi terkait pembahasan cerobong asap yang kurang tinggi.

“Jadi nanti kita akan lakukan mediasi, saat ini laporan tentang asap itu baru diterima oleh pihak kami,” katanya.

“Masalah cerobong dan air yang hitam itu nanti kita cek, kalau benar itu terjadi kami akan lakukan mediasi dengan pihak perusahaan,” lanjutnya.

SUDAH MENERIMA BANTUAN

Sementara itu, Ketua RT 9, Horizon, menjelaskan telah menerima bantuan Musrenbang sebesar Rp61 juta, namun untuk pembuatan talud masih kurang.

“Kemarin sudah saya sampaikan ke Mas Juan, Pak kalau masalah ini sudah saya bicarakan di Kelurahan, saya dapat bantuan Musrenbang itu hanya Rp61 juta, kalau itu saya alokasikan ke talud itu tidak cukup,” ucapnya.

Untuk menambah kekurangan pembuatan talud, ia meminta bantuan Juan Rama, untuk menutupi kekurangan pembangunan talud tersebut.

“Kalau memang ada sisi lainnya kami dibantu sebagai masyarakat, kalau kelurahan kami sudah dilakukan sosialisasi dengan pabrik-pabrik, untuk kemajuannya kayak gimana kami tidak tahu, dan saat itu pak Juan turun langsung ke lapangan,” ungkapnya.

Sementara, kata Horizon, mengatakan bantuan dari pihak perusahaan hanya Rp3 juta. Itu pun kata dia, setelah pihaknya mengirim proposal berulang kali.

“Setelah saya fotokopi (proposal) saya ajukan lagi hari Sabtu, ternyata di acc Rp3 juta itu. Kami juga bagaimana pun juga kami terima dulu, dan kami coba lakukan sebisa kami,” katanya.

Ia menambahkan, beberapa dari pihak pabrik tersebut, meminta bantuan swadaya dari warga untuk menutup kekurangan.

“Dia mempertanyakan, sampai saya bikin proposal. Mereka menanyakan warga punya duit berapa, ini sudah salah,” tegasnya.

“Terus kalau kamu tanya swadaya masyarakat. Itu salah, kami saja buat makan sudah susah,” pungkasnya.*

Penulis: Rezanda Akbar D
Editor: Nadin Himaya