REMBANG, JAWA TENGAH, Lingkar.co – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Rembang belum menerima permintaan droping air bersih. Padahal, menurut data tahun lalu, Agustus merupakan puncak kemarau dan berakibat pada kurangnya pasokan air di sejumlah wilayah.
Kondisi musim kemarau tahun ini di Rembang masuk dalam kategori lebih baik jika di banding tahun sebelumnya.
Pada bulan Agustus 2020 lalu, sudah mulai ada desa yang mengajukan droping air bersih kepada BPBD Rembang. Seperti yang tersebar di kecamatan Sulang, Lasem, Kragan, dan Pamotan.
Untuk tahun ini, mendekati pertengahan Agustus belum ada laporan pengajuan droping air yang masuk.
“Sementara belum ada desa yang mengajukan permintaan droping” ungkap Kepala BPBD Rembang melalui Kepala Seksi (Kasi) Kedaruratan Pramujo.
Pramujo menyampaikan, berdasarkan data tahun lalu, BPBD mencatat ada 51 desa yang tersebar di 14 kecamatan mengalami kekeringan dan mengajukan permintaan droping air bersih.
Wilayah dengan jumlah terbanyak terdampak kekeringan tersebut berada di kecamatan Lasem dengan 12 desa.RE
Baca juga:
Lionel Messi Resmi Bergabung di PSG
Dengan kondisi sekarang, pihaknya menilai kemarau tahun ini pihakya nilai lebih baik jika di bandingkan tahun sebelumnya.
“Sudah di siapkan anggaran Rp 50 juta. Semoga saja memang lebih baik dari tahun sebelumnya” terangnya.
Sementara itu, kecamatan Lasem tahun lalu (2020) merupakan wilayah yang paling banyak mengalami kekeringan di Kabupaten Rembang.
Ada 12 desa meliputi Sendangasri, Sendangcoyo, Tasiksono, Binangun, Selopuro, Ngemplak, Dasun, Sriombo, Goak, Bonang, Karangturi, dan Sumbergirang.
Lakukan Koordinasi dengan Kepala Desa
PLT Camat Lasem Mahfudz mengatakan, sementara ini belum ada laporan yang masuk. Namun, pihaknya sudah mempersiapkan manakala ada kejadian kekeringan seperti tahun kemarin.
“Persiapan sudah kami lakukan, koordinasi dengan para kepala desa utamanya wilayah yang tahun kemarin mengalami krisis air.” ungkapnya.
Mahfudz menambahkan, untuk wilayah dataran tinggi seperti Ndeles, Sukolilo, dan Ngargomulyo memerlukan perhatian khusus.
Imbauan telah tersampaikan kepada warga maupun kepala desa, agar sesegera mungkin melaporkan apabila terjadi kekeringan dan permintaan droping air ke pihak kecamatan.
Namun jangkauan tempat dan akses jalan sering kali masih menjadi kendala utama droping air di masa kemarau.
Pengeboran, lanjutnya, juga pernah dilakukan di dukuh Sukolilo. Tetapi pada kedalaman 80 meter, mata bor putus, sehingga tidak dapat melanjutkan lagi.
Baca juga:
Ini Cara Puskemas Bugangan Beri Vaksin Covid-19 Masyarakat Rentan
Sementara waga saat mengalami kekurangan air mengangsu dari sumber air di bawah yg jaraknya sekitar 1 km.
“Semoga tahun ini dampak kemarau tidak sampai membuat krisis air parah di wilayah Lasem,” pungkasnya.
Penulis: Lilik Yuliantoro
Editor: Nisa Hafizhotun/Galuh Sekar Kinanthi
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps