Site icon Lingkar.co

Kisah Sardi, Puluhan Tahun Menjual Air Bersih Keliling di Semarang

Sardi, sedang mengisi blek dengan air bersihyang diambilnya dari sumur sekitar Metro Hotel, Rabu (11/8/2021) pagi. FOTO: Dinda Rahmasari Tunggal Sukma/Lingkar.co

Sardi, sedang mengisi blek dengan air bersihyang diambilnya dari sumur sekitar Metro Hotel, Rabu (11/8/2021) pagi. FOTO: Dinda Rahmasari Tunggal Sukma/Lingkar.co

SEMARANG, Lingkar.co – Apabila melintas di kawasan Pasar Johar, Kota Semarang, banyak kita temui lelaki paruh baya mendorong gerobak kecil berisi blek, Sardi salah satunya.

Mereka adalah penjual air bersih yang masih menggunakan cara tradisional. Mayoritas dari mereka telah melakoni pekerjaan itu puluhan tahun.

Sardi, berusia 50 tahun, membagikan kisahnya sebagai penjual air bersih keliling. Pekerjaan yang ia lakoni selama puluhan tahun.

Pagi itu, Rabu (11/8/2021), dengan penuh semangat, Sardi mendorong gerobak kecil yang mengangkut delapan blek kaleng ke sebuah sumur depan Metro Hotel.

Dari sumur itu, Sardi sering mengambil air bersih. Setibanya, ia langsung mengisi satu per satu blek dengan air bersih hingga penuh.

Setelah semua blek terisi, Sardi pun bergegas mengantarkan pesanan air bersih ke warung-warung langganannya.

Rutinitas tersebut, ia lakukan setiap hari demi menghidupi istri dan anaknya yang tinggal di Sukoharjo.

MENERUSKAN USAHA KAKEK BUYUTNYA

Kepada Lingkar.co, Rabu (11/8/2021), Sardi menceritakan kisahnya sebagai salah satu penjual air bersih keliling.

Menjadi penjual air bersih keliling sudah ia lakoni sejak tahun 1987. Sardi meneruskan usaha kakek buyutnya.

Kala itu, kata Sardi, kakek buyutnya masih menggunakan pikulan untuk membawa blek air untuk dijual kepada warga Kota Semarang.

“Saya sudah generasi ketiga. Dulunya harga satu blek kaleng air bersih 25 rupiah, itu zaman kakek buyut saya,” ujarnya, sambil menerawang.

Sardi bercerita, kakek buyutnya memberikan air bersih secara sukarela kepada warga sekitar. Namun, seiring berjalannya waktu, kakeknya diberi upah.

Hasilnya pun kata dia, cukup lumayan untuk bertahan hidup di Ibu Kota Jawa Tengah ini.

Baca Juga:
Taman Margasatwa Semarang Segera Punya Satwa Jenis Aves

SATU BLEK AIR BERSIH DIJUAL RP2 RIBU

Sardi, mengaku, tidak sendiri berjualan air bersih. Ada kelompok-kelompok tersendiri berdasarkan wilayah jual, dan latar belakang tempat tinggal yang sama.

“Teman saya di sini ada dua. Namanya Pardi dan Paino. Kami sama-sama dari Kabupaten Sukoharjo,” ujar Sardi.

Ia paling senior diantara kedua temannya. Sardi mengatakan, ia dan keduanya teman punya pelanggan masing-masing. Jadi, pendapatannya juga berbeda.

Sardi, mulai bekerja pukul 03.00 pagi hingga pukul 14.00 Wib setiap harinya, untuk mengantarkan air ke warung-warung makanan langganannya.

Biasanya, kata dia, sering hilir mudik mengambil air bersih dari sumur sekitar ruko depan Metro Hotel, lalu mengantarkannya lagi ke pelanggan.

Untuk mengambil air bersih dari sumur tersebut, Sardi mengaku tidak cuma-cuma. Ia harus bayar ke pengelola kawasan ruko.

“Mulai jualan dari jam 03.00 pagi sampai pukul 14.00. Jadi bolak-balik mengantarkan air ke pelanggan kemudian ambil lagi ke sumur kemudian mengantar lagi,” jelasnya.

Sementara untuk satu blek air bersih, Dia hanya menjualnya harga Rp2 ribu. “Saya jual air bersih ini per blek kaleng 2.000 rupiah,” ujarnya.

Mesk sempat populer, namun pada zaman kiwari ini, penghasilan Suardi kian menyusut.

Hal itu kata dia, karena tak ada lagi warga yang kesulitan air bersih di wilayah tempat ia berjualan air bersih. Banyak pula warung yang dulu jadi pelanggannya, kini berpindah.

“Kalau dulu sebelum ada penataan air di Semarang banyak warung-warung yang pesan air kepada saya. Dulu juga masih banyak warga yang kesulitan mendapatkan air,” pungkasnya.*

Penulis : Dinda Rahmasari Tunggal Sukma

Editor : M. Rain Daling

Exit mobile version