Lingkar.co – Suprihatin, seorang penjual pecel di sebuah perguruan tinggi memiliki keinginan agar KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) kembali menjadi presiden. Ia bahkan rela mendonorkan matanya agar Gus Dur lolos dalam seleksi kesehatan calon presiden.
Kisah tersebut diungkapkan oleh Inayah Wulandari Wahid, putri mendiang Gus Dur dalam testimoni acara The Unified Great Heroes yang digelar oleh Yayasan Wahid Hasyim di Kampus II Universitas Wahid Hasyim (Unwahas), Jl Nongkosawit, Gunungpati, Semarang, pada Sabtu (26/4/2025).
Inayah memulai kisah tersebut dengan mengakui bahwa dirinya sempat berburuk sangka terhadap tamu perempuan di kediamannya, Ciganjur menjelang Pilpres 2004 silam.
“Saya itu sempat suudzon (berburuk sangka) ketika bertemu ibu penjual pecel di sebuah perguruan tinggi,” kata dia.
Kata Inayah, perempuan penjual pecel itu mulai bercerita tentang kekaguman terhadap Gus Dur dan bangga memiliki presiden Gus Dur. Dirinya pun menanggapi penuturan tersebut dengan ekspresi datar. Bahkan dalam hatinya sudah menebak pada akhirnya pasti akan meminta bantuan.
“Kan udah biasa kalau pada awalnya begitu, memuji-muji, nanti endingnya kan minta bantuan,” ujarnya.
Namun, kata Inayah, perempuan tersebut mengungkapkan kekecewaan karena Gus Dur tidak bisa kembali maju dalam Pilpres yang dipilih oleh rakyat secara langsung untuk pertama kalinya.
“Mbak, Pak Gus Dur sudah tidak bisa lagi maju jadi presiden ya,” Inayah menirukan ucapan si penjual pecel itu.
Meski mendengarkan dengan seksama, namun dalam hatinya terus menebak dan menanti kalimat minta bantuan, “Saya nunggu kata pamungkasnya, mau minta bantuan,” akunya.
Namun ternyata kalimat tersebut tidak pernah keluar dari mulut seorang wanita penjual pecel itu. Inayah pun kaget ketika inti pembicaraan diutarakan, yakni rela mendonorkan mata untuk Gus Dur agar memiliki penglihatan yang baik dan lolos dalam tes kesehatan capres 2004.
“Saya dan suami sudah sepakat untuk memberikan dua mata saya untuk Gus Dur, biar bisa maju lagi,” tuturnya.
Mendengar pernyataan itu, Inayah langsung minta izin untuk mengambil air minum sebagai alasan dirinya yang menahan tangis.
“Saya langsung pamit masuk mau mengambilkan minum bentar, saya masuk dulu, saya ambilkan air minum dulu bu, padahal saya menangis,” kenangnya.
Namun demikian, Inayah mengaku itu pertemuan terakhir dirinya dengan ibu tersebut. “Waktu itu kan ibu itu gak ada hp, tapi beliau meninggalkan nomor Pak RTnya, katanya kalau mau bertemu bisa menghubungi nomer itu,” jelasnya.
“Dan setelah itu saya tidak pernah bertemu ibu penjual pecel itu lagi, sampai sekarang juga tidak pernah bertemu dengan ibu itu lagi,” akunya.
Sebagai informasi, sejumlah tokoh hadir dalam deklarasi The Unified Great Heroes yang dirangkai dengan pengajian umum bersama KH Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq. Selain Inayah, hadir pula Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid menemani ibunya, Hj. Sinta Nuriyah Wahid. ***
Penulis : Ahmad Rifqi Hidayat