Lingkar.co – Calon Wakil Wali Kota Semarang nomor urut 2, Joko Santoso menjanjikan ibu-ibu dan bayi yang baru lahir dalam kondisi sehat dan sejahtera. Bersama Yoyok Sukawi, dia juga berkomitmen melanjutkan program penanganan stunting.
Hal itu disampaikannya dalam debat putaran ketiga Pilwakot Semarang 2024 di Hotel Patra Semarang, Jumat (15/11/2024) malam. Debat ini mengangkat tema; Pendidikan, Kesehatan, Sosial, dan Budaya.
Dirinya lantas menyampaikan sejumlah program yang dapat meringankan beban warga Kota Semarang, salah satunya tidak menaikkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) selama lima tahun. Selain itu juga memberikan akses layanan kesehatan gratis dan merata.
“Dengan merinankan biaya hidup warga Semarang tentu memiliki dampak pada banyak aspek, salah satunya dampak langsung adalah kemampuan untuk hidup sejahtera, hidup sehat bagi ibu dan bayi yang mana merupakan generasi penerus Kota Semarang,” kata dia.
Di sisi lain, paslon Yoyok-Joss juga akan melanjutkan program penanganan stunting yang sudah dijalankan dengan baik oleh Wali Kota Semarang Hevearita G Rahayu. Dalam menangani stunting, kolaborasi lintas sektor akan menjadi kekuatan Yoyok-Joss.
“Penanganan stunting sudah sangat komprehensif, dan lintas sektor pemerintahan akan kami tingkatkan dengan mengkolaborasikan dunia usaha dan pendidikan dalam menuntaskan permaslaah stunting,” kata Joko Joss, sapaan akrabnya.
Perihal kebudayaan, dia menyadari bahwa Kota Semarang terkenal dengan akulturasi dan toleransinya. Di mana kota ini terdiri dari berbagai etnis, agama, dan kebudayaan. Pihaknya akan menjaga masyarakat agar tetap harmoni dalam keberagaman.
“Pemerintah harus hadir dalam menjaga keberagamaan, cara pandang kehidupan, way of life sebagai penyeimbang dan melalui kewenangannya menjaga toleransi dan kerukunan antarumat beragama menjadikan Kota Semarang rukun dan penuh toleransi,” ungkapnya.
Joko Santoso mengatakan, toleransi dan kerukunan yang tercita ini harus terus dijaga untuk memitigasi konflik sosial. Termasuk juga dalam pilihan politik di Pilwakot kali ini, masyarakat boleh berbeda pilihan namun harus saling menghormati.
“Terciptanya toleransi dalam sosial masyarakat setidaknya akan dapat menekan jumlah konflik warga, tidak perlu satu pilihan pilih nomor 2. Tidak masalah berbeda pendapat, asalkan tetap menjaga toleransi dan kebebasan berpendapat,” beber Joko Joss. (*)
Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat