Lingkar.co – Kota Semarang kembali gelar Pawai Ogoh-Ogoh yang akan digelar Minggu (30/4/2023), yang sebelumnya sempat berhenti karena pandemi Covid 19.
Pawai tersebut nantinya akan menampilkan 4 ogoh-ogoh yang langsung didatangkan dari Bali untuk memeriahkan acara yang menjadi salah satu rangkaian kegiatan HUT ke-476 Kota Semarang.
Menurut informasi dari para seniman, ogoh-ogoh ini datang di Halaman Balai Kota Semarang dengan diangkut menggunakan truk pada Kamis (27/4/2023).
Pada hari Jumat (28/4/2023), para seniman Ogoh-Ogoh sibuk menyiapkan berbagai hiasan untuk membuat ogoh-ogoh tersebut semakin terlihat garang.
“Ada empat buah, yakni Narsingo, Wairawa, Mahakala dan Srengi. Kita bawa ini langsung dari Bali,” ujar salah satu seniman.
Menurutnya, ogoh-ogoh ini merupakan simbol dari sifat buruk manusia yang diharapkan dapat ditekan atau dihilangkan.
Karya seni patung dari budaya Bali ini menggambarkan kepribadian Bhuta Kala.
Satu ogoh-ogoh tersebut kata dia, dibanderol sekitar Rp15 juta.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarnag, R. Wing Wiyarso menjelaskan, festival ini sekaligus wujud upaya memelihara kerukunan antar umat beragama di ibu kota Provinsi Jawa Tengah.
Pawai dan festival ini terselenggara atas kerja sama Parisada Hindu Dharma Indonesia dan Disbudapar Kota Semarang.
“Nanti ada Sebanyak 1.300 orang gabungan dari berbagai komunitas seni budaya, agama, penghayat, berbagai komunitas etnis Kota Semarang akan memeriahkan festival ogoh-ogoh ini. Misalnya barongsai, liong dan lainnya, intinya adalah menunjukkan keragaman yang ada di Semarang,” katanya saat ditemui wartawan Lingkar.co, Sabtu (29/4/2023).
Wing Wiyarso menerangkan jika festival dan pawai ini akan dimulai tepat pukul 07.00 WIB dengan titik start di Jalan Pemuda.
Selanjutnya pawai akan melewati rute Jalan Pandanaran dan berakhir di Simpang Lima.
Penyelenggaraan even wisata ini diharapkan dapat menjadi pemantik lahirnya beragam agenda wisata baru dengan melibatkan penggiat seni di Kota Semarang.
Metode pemberdayaan komunitas atau disebut tourism based community guna menarik wisatawan ini terus dikedepankan Disbudpar Kota Semarang untuk menambah keragaman objek wisata di kota Semarang.
Pelibatan komunitas lintas sektor ini, lanjut Wing, menjadi sarana untuk semakin menjaga dan meningkatkan kerukunan antar warga sehingga menjadikan Kota Semarang semakin aman, nyaman dan kondusif sebagai rumah kita bersama.
“Toleransi di Kota Semarang memang telah dikenal sebagai salah satu kekuatan dan kekayaan yang perlu terus dijaga. Hal ini terbukti dengan adanya apresiasi tiga kali berturut-turut dalam Harmony Award dan kota Semarang menduduki peringkat 7 Kota Toleran tahun 2022 dari Setara Institute,” tambahnya.
Penulis : Alan Henry
Editor : Kharen Puja Risma
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps