Lokasi Tanah Gerak Dinilai Berisiko, Pemkab Pati Kirim Sampel Tanah ke Laborat

Bangunan rusak akibat tanah gerak di Desa Purworejo, Kecamatan/Kabupaten Pati. Foto: BPBD Pati.
Bangunan rusak akibat tanah gerak di Desa Purworejo, Kecamatan/Kabupaten Pati. Foto: BPBD Pati.

Lingkar.co – Penjabat (Pj) Bupati Pati Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan bahwa lokasi kejadian tanah gerak yang mengakibat 21 bangunan di Dukuh Guyangan, Desa Purworejo, Kecamatan/Kabupaten Pati pada Jumat-Sabtu (6-7/9/2024) lalu memang sangat berisiko dibangun sebuah bangunan.

Hal ini, katanya, lantaran tanah di lokasi tersebut berupa lempung swelling clay yang bersifat mengembang bila kena air dan menyusut bila kering. Dan ketika saat susut pasti terjadi rekahan.

“Rumah-rumah yang dibangun di situ, mestinya diharapkan jangan di situ. Tapi masyarakat ada yang buka usaha di situ, itulah yang jadi keprihatinan. Akhirnya terbawa oleh rekahan (tanah) kemudian rusak rumahnya. Inilah yang akan kami ajak menata kembali,” ujarnya.

Whats-App-Image-2024-09-19-at-14-21-32

Pihaknya pun saat ini telah mengirim sampel tanah lempung dari lokasi kejadian ke laboratorium. Tujuannya untuk mengetahui tingkat susutnya bila kekurangan air.

Lebih lanjut, Sujarwanto mengimbau masyarakat agar membangun rumah atau tempat usaha di lokasi yang aman dan terhindar dari risiko.

“Saya sampaikan, kalau berusaha maupun bertempat tinggal, sebaiknya di tempat yang daerah yang memang layak untuk tempat tinggal,” katanya.

Png-20230831-120408-0000

Sebelumnya, Kepala Desa Purworejo Dwi Sumaryono mengatakan ada 21 bangunan yang rusak akibat peristiwa tanah gerak di wilayahnya. Peristiwa itu terjadi pada Jumat-Sabtu (6-7/9/2024).

Menurutnya, pergerakan tanah terjadi karena Sungai Juwana mengalami kekeringan saat musim kemarau.

“Kekeringan sungai ini yang menyebabkan tanah tersebut terjadi keretakan akhirnya bangunan di atasnya bergeser dan retak seperti itu,” jelasnya, Senin (9/9/2024).

Akibat kerusakan ini, katanya, jumlah kerugian yang dialami para pemilik rumah dan ruko mencapai Rp 1 miliar lebih.

“Akibat tanah gerak kemarin kerugian bangunan diperkirakan mencapai Rp1,8 miliar, bisa lebih,” ujarnya.

Salah satu pemilik ruko, Muniroh (50) mengatakan bangunan ruko yang biasanya dibuat untuk menjual ikan hias mengalami rusak berat akibat tanah gerak ini. Bahkan, katanya, bangunannya sudah hampir rubuh.

“Rusak semua, bangunannya sudah miring semua, sudah jomplang. Kalo ditanya kerugiannya, ya banyak,” ujarnya.

Dirinya pun berharap ada uluran tangan dari pemerintah atau pihak lainnya terhadap para korban yang terdampak.

“Mudah-mudahan ada bantuan dari pemerintah dari pihak terkait,” harapnya. (*)

Penulis: Miftahus Salam

Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps