Lingkar.co – Partai NasDem Blora merupakan salah satu partai politik yang moncer pada saat Pileg 2019 lalu.
Selain sukses mengantarkan Kader-kadernya ke Senayan, tujuh kursi DPRD Kabupaten Blora juga berhasil diraih.
Tentunya ini sebuah kemenangan gemilang mengingat NasDem adalah partai yang masih tergolong baru.
Selain itu, tak kalah menariknya adalah masuknya tokoh-tokoh politik dari partai sebelah yang terpikat memperkuat NasDem.
Salah satunya adalah Sakijan, anggota DPRD Kabupaten Blora periode 2014-2019.
Pada lingkar.co, Senin (22/05/2023) Sakijan, pun berterus terang bahwasanya ia berangkat menjadi anggota dewan dari Partai Demokrat.
Namun, juga tak menampik jika memutuskan untuk pindah ke NasDem.
“Memang waktu itu kita tergiur dengan program NasDem yang katanya nggak pakai mahar, dan waktu itu saya ada satu komisi dari NasDem yang nggak bayar iuran partai. Nasdem pertama kali sangat bagus, beda dengan partai lain,” ucapnya.
Lebih lanjut, kepindahannya ke NasDem, justru membuat perolehan suaranya kian meningkat.
Bahkan, politikus yang maju dari dapil IV Blora (Kunduran, Todanan, Japah) ini mengantongi 9.660 suara pada Pileg 2019, jauh dibanding saat periode pertama masuk dewan dengan perolehan 4.461 suara.
Dan dukungan kian membanjir dari warga di sekitar tempat tinggalnya di Desa Banat, Desa Bedingin, Kecamatan Todanan, Blora.
“Saya dari dukuh yang besar dengan DPT 700-an. Saya komunikasi dengan teman-teman saya dari 2 TPS yang daftar hadir 640 orang alhamdulillah yang milih saya 608 orang,” ungkapnya.
Kesuksesan merebut hati masyarakat tersebut tak lepas dari apa yang menjadi prinsipnya selama ini bahwa apa yang ia lakukan di dewan tak lain adalah untuk kemaslahatan masyarakat.
Sakijan mempunyai cita-cita besar untuk terus memajukan masyarakat di daerahnya.
Desa tempat tinggal pria yang pernah merantau ke Bangka Belitung itu merupakan desa terpencil yang jauh dari berbagai program pemerintah. Berkat Sakijan kemajuan besar terjadi di desanya.
“Dari Kabupaten (Blora) 1,5 jam perjalanan. Pelosok tengah hutan. Saat itu tak ada jalur transportasi karena dilarang. Melihat situasi desa yang selama ini ketinggalan makanya saya maju di politik,” terangnya.
Pria kelahiran Blora 51 tahun lalu maju ke politik hanya bermodalkan ketokohan di kampung tanpa embel-embel jabatan apapun.
Namun, dengan ketekunan selain dukungan maju ke dewan, ia kemudian juga berhasil mewujudkan perubahan di daerah asal.
“Setelah berpolitik selama 7 tahun ini, di desa saya ada perubahan. Perubahannya iya sudah ada jalan yang dibangun,” bebernya.
Menurutnya, yang terpenting adalah memberi manfaat kepada masyarakat. Selain itu, juga berharap dengan adanya perubahan di desanya para warga bisa lebih melek dalam politik.
“Harapan saya kalau desa sudah baik supaya masyarakatnya sadar dengan politik, kita berjuang untuk desa,” jelasnya.
Terahkir, ia mengatakan sudah siap untuk maju di Pileg 2024, tetapi ia juga tengah berusaha untuk menjaring bibit-bibit baru yang potensial. Ia berharap ada penerus yang bersedia meneruskan perjuangannya.
“Jangan saya terus yang terjun ke politik harus ada penerus,” tandasnya .
Penulis : Lilik Yuliantoro
Editor : Kharen Puja Risma
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps