Lingkar.co – Banjir rob yang melanda Desa Tunggulsari, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, menyebabkan kerusakan parah pada objek wisata Mina Mangrove yang telah berdiri sejak 2018. Air laut pasang yang naik hingga puluhan sentimeter merendam area wisata, merusak fasilitas, dan mengganggu aktivitas pengunjung.
Beberapa fasilitas seperti jembatan kayu, spot foto, papan petunjuk, dan warung pedagang rusak bahkan putus akibat terjangan air laut. Jalan sepanjang dua kilometer dari permukiman warga menuju lokasi juga terendam dan berlubang, membuat pengunjung harus ekstra hati-hati atau berjalan kaki untuk sampai ke tempat wisata.
Kepala Desa Tunggulsari, Setyo Wahyudi, menjelaskan bahwa wisata Mina Mangrove sempat menjadi destinasi favorit dengan jumlah kunjungan tertinggi pada 2021. Namun, sejak banjir rob besar pertama terjadi pada Mei 2022, kerusakan terus bertambah dan abrasi pantai semakin parah.
“Dampak rob tahun ini, selain rumah warga yang terdampak, ada dampak yang lebih besar lagi di sektor lingkungan, terutama di sektor pariwisata,” ujarnya.
Setyo menambahkan bahwa luas hutan mangrove di pantai timur desa tersebut berkurang hingga tiga hektare dalam tiga tahun terakhir akibat abrasi yang terus berlangsung.
Selain merusak fasilitas wisata, banjir rob juga merendam 36 rumah warga dan tambak, menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat sekitar.
“Saat siklus pasang surut, jalan mengalami penurunan dan kerusakan cukup parah,” kata Setyo.
Ia berharap ada perhatian serius dari pemerintah dan pihak terkait, seperti pembangunan pemecah ombak dan penghalang abrasi, agar kerusakan yang lebih parah bisa dicegah dan sektor wisata dapat kembali bangkit.
Sementara itu, Kepala BPBD Kabupaten Pati, Martinus Budi Prasetya, mengingatkan bahwa ancaman banjir rob masih terus mengintai sepanjang pantai utara Pati.
“Banjir rob adalah ancaman nyata yang harus kita hadapi bersama,” ujarnya.
Pihaknya pun mengimbau kepada masyarakat untuk terus menjaga kelestarian mangrove sebagai benteng alami yang sangat efektif dalam meredam gelombang dan mencegah abrasi.
“Selain itu, kami juga terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk melakukan langkah-langkah mitigasi seperti pembangunan pemecah ombak dan sosialisasi kesiapsiagaan bencana kepada warga,” ujarnya. (*)