Pedagang Gerabah Panen Rezeki di Tradisi Syawalan Kaliwungu Kendal

Kerajinan gerabah. (dok Istimewa)

Lingkar.co – Suasana penuh berkah dan kebersamaan begitu terasa dalam perayaan tradisi Syawalan di Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Setiap tahun, tradisi ini menyedot ribuan masyarakat dari berbagai daerah yang datang untuk berziarah ke makam para auliya dan tokoh penyebar agama Islam di wilayah tersebut.

Ziarah menjadi bagian penting dari Syawalan di Kaliwungu. Warga yang datang, selain untuk bersilaturahmi dan berdoa, juga menghormati jasa para ulama besar seperti KH Asyari atau Kiyai Guru, KH Mustofa, KH Akhmad Rukyat sebagai penyebar agama Islam di Kaliwungu.

Namun, Syawalan bukan sekadar tradisi religius. Di sisi lain, momen ini juga membawa berkah ekonomi, terutama bagi para pedagang musiman. Sepanjang jalan Plataran depan Lapangan Brimob hingga area Alun-Alun Kaliwungu dipadati ratusan pedagang yang menjajakan berbagai kerajinan tangan dan kuliner khas.

Suprapto, pedagang gerabah asal Semarang, mengaku Syawalan menjadi ajang tahunan yang selalu ditunggu. Ia menjual berbagai mainan anak-anak yang dibuat dari tanah liat, kayu, hingga seng, seperti mobil-mobilan, topeng monyet, serta celengan berbentuk sapi, macan, dan kuda.

“Kalau Syawalan, dagangan cepat laku. Banyak anak-anak yang senang beli celengan karena bentuknya lucu, bisa dipakai main, tapi juga buat nabung,” ujar Suprapto.

Salah satu pembeli, Kenes, memilih celengan berbentuk macan karena menurutnya unik dan bisa juga digunakan sebagai hiasan di rumah.

Sementara itu, Tatik, pedagang lainnya, menjelaskan bahwa harga dagangannya bervariasi, mulai dari Rp2.500 hingga Rp300.000. Ia menjual aneka gerabah seperti vas bunga lengkap dengan bunga dan daun hiasnya, hingga mainan anak-anak.

“Setahun sekali saya jualan di tempat-tempat keramaian seperti ini. Biasanya ikut Sekaten di Solo, Dugderan di Semarang, sampai Nyadran di Tanggul Malang,” ungkapnya.

Selain ziarah dan berbelanja, warga yang membawa anak-anak juga dimanjakan dengan berbagai wahana hiburan seperti ombak banyu, demolen, komedi putar, dan permainan tradisional lainnya. Tak heran jika kawasan hiburan menjadi tujuan utama bagi keluarga dengan anak kecil.

Tradisi Syawalan di Kaliwungu tak hanya menjadi simbol silaturahmi spiritual, tetapi juga momentum perputaran ekonomi rakyat. Sebuah perpaduan antara nilai religius, budaya, dan ekonomi yang tetap lestari dari tahun ke tahun. ***