PATI, Lingkar.co – Dukungan dari masyarakat terus mengalir terkait rencana pembongkaran Lorong Indah (LI) oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati. Salah satunya, datang dari Ormas Patriot Garuda Nusantara (PGN) yang menemui Bupati Pati, Haryanto di ruang Joyo Kusumo, Pendopo Kabupaten Pati pada (25/1).
Bupati Pati pun mengucapkan rasa terima kasihnya atas dukungan PGN tersebut. “Saya ucapkan terima kasih karena mendukung kebijakan Pemkab Pati. Apa yang kita lakukan untuk LI ini sepaham,” terang Bupati Pati saat menemui awak media tempo hari.
Bulan Ini Berlangsung Eksekusi Pembongkaran Lorong Indah Pati
Jauh sebelum datangnya dukungan dari PGN, dukungan untuk menutup Lorong Indah juga sudah mengalir dari banyak pihak. Di antaranya Forum Komunikasi Sosial Keagamaan (Forsika) Kabupaten Pati dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Pati.
Forsika Pati menyatakan sikap dukungan terhadap pemerintah daerah. Mereka mendukung memberantas lokalisasi dan karaoke ilegal di Pati. Bahkan saat itu, Forsika juga akan mengirimkan surat aduan tandingan ke Presiden Joko Widodo dan instansi-instansi lain untuk menandingi surat penolakan sejumlah pihak atas pembongkaran tersebut. Hal ini sebagai bukti bahwa Forsika mendukung penuh upaya pemerintah memberantas tempat maksiat yang ada di Kabupaten Pati.
Kawasan Lorong Indah Pati Langgar Perda RTRW
“Kami bersama ormas keagamaan lain, menyatakan menolak, menyanggah adanya aduan dari Gerak (ormas yang menolak pembongkaran Lorong Indah). Sebab menurut kami, tindakan pemerintah daerah sudah benar (untuk menutup tempat karaoke ilegal dan lokalisasi),” kata KH Abdul Mujib Sholeh, Ketua Forsika saat itu.
Abdul Mujib Sholeh juga menyatakan bahwa keberadaan tempat karaoke ilegal dan lokalisasi di Pati sudah sangat meresahkan masyarakat selama ini. Selain itu, juga dapat merusak moral bangsa.
Kekhawatiran yang serupa juga sempat diungkapkan oleh Bupati Pati Haryanto. Ia mengungkap jika tempat LI yang masih berdiri dan tidak segera ditutup, malah akan menjadi tempat prostitusi terbesar di Asia. Ia juga mempertimbangkan banyaknya lokalisasi lain, seperti Dolly di Surabaya dan Sunan Kuning di Semarang yang lebih dulu tutup.
“Kalau tidak segera penutupan, Pati malah bisa menampung lebih banyak pelaku prostitusi dari luar daerah. Sebab lokalisasi di kota-kota besar sudah lebih dulu tutup. Antara lain Dolly di Surabaya dan Sunan Kuning di Semarang sudah tidak operasional. Khawatirnya nanti malah pada lari ke Pati,” ujarnya. (Lingkar Network | Aziz Afifi – Lingkar.co)