Lingkar.co – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Rembang terus berupaya meningkatkan jumlah Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kawasan perkotaan. Ketersediaan lahan yang minim menjadi tantangan besar bagi pemerintah untuk merealisasikan program tersebut.
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLH Rembang Taufik Darmawan menjelaskan bahwa sebelumnya pihaknya sempat mengusulkan penggunaan kawasan Gedung Haji sebagai lokasi RTH baru.
Sayangnya, sebagian besar lahan di wilayah tersebut telah dihibahkan untuk dunia pendidikan, sehingga tidak memungkinkan untuk dijadikan ruang terbuka publik.
“Kalau di tengah kota, kita sudah kesulitan untuk mengembangkan RTH yang bersifat spot publik karena ketersediaan lahannya. Kalau kita bisa sedikit bergeser, mungkin bisa di area GOR Mbesi,” jelas Taufik, Senin (30/9/2024).
Saat ini, luas RTH di Kabupaten Rembang mencapai sekitar 8% dari total wilayah kota. Jika wilayah konservasi hutan mangrove turut dihitung, persentasenya meningkat menjadi 12%.
Namun, angka tersebut masih jauh dari standar ideal, yang memerlukan 20% dari total luas kota sebagai ruang publik dan tambahan 10% sebagai ruang privat.
“Tentu kita masih membutuhkan pengembangan RTH yang lebih besar lagi. Standarnya, ruang publik harus mencapai 20% dari luas kota, sedangkan untuk ruang privat minimal 10%,” tambah Taufik.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, DLH berencana melanjutkan pengembangan RTH di sepanjang jalan KH Mansyur hingga ke alun-alun Kota Rembang.
Saat ini, pengembangan baru mencakup wilayah hingga SD 4 Kutoharjo, sementara sisi utara jalan masih belum tertangani.
“Harapan kami nanti tertangani sampai alun-alun, agar wilayah dari selatan ke utara terlihat lebih teratur. Ada juga kabar bahwa revitalisasi alun-alun akan dilaksanakan pada 2025,” ujarnya.
Tak hanya itu, DLH juga menjajaki kerja sama dengan PT Djarum terkait pemanfaatan lahan milik keluarga Djarum di Desa Punjulharjo, yang kini dijadikan makam keluarga.
DLH berencana menjadikan sebagian lahan tersebut, yang luasnya mendekati 50 hektar, sebagai Taman Keanekaragaman Hayati (Taman Kehati) yang bisa diakses oleh masyarakat.
“Kami ingin bekerja sama dengan pihak Djarum untuk memanfaatkan area makam keluarga di Punjulharjo. Jika memungkinkan, sebagian lahan tersebut akan dijadikan Taman Kehati karena variasi tanaman di sana cukup banyak,” pungkas Taufik. (*)
Penulis: Miftahus Salam
Editor : Kharen Puja Risma
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps