JAKARTA, Lingkar.co – Seharusnya, pemerintah memprioritaskan pembangunan pabrik vaksin Covid-19 Merah Putih, ketimbang mengupayakan pembangunan pabrik vaksin dari China di Indonesia.
Kritik itu terucap dari Anggota Komisi VII DPR, Mulyanto, dalam keterangan tertulisnya kepada media, Rabu (25/8/2021).
Dia mengatakan, kebijakan tersebut sangat merugikan dan menghambat perkembangan riset vaksin Covid-19 dalam negeri yang hampir rampung.
“Semestinya pemerintah memprioritaskan pembangunan pabrik vaksin Merah Putih, bukan malah mempromosikan pabrik vaksin dari China,” tegas Mulyanto.
Dia mengatakan, saat para ahli di Indonesia mampu memproduksi vaksin, pemerintah malah mengutamakan pembangunan pabrik vaksin dari China.
“Apalagi para ahli kita mampu memproduksi vaksin tersebut. Inikan kontra produktif,” tegas Mulyanto.
Terlebih lagi, lanjutnya, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kepada Komisi VII DPR RI melaporkan, riset Vaksin Merah Putih berbasis platform virus (inactivated virus) tengah uji praklinis (clinical lots).
Kemudian lanjut tahap uji klinis fase 1-3. BPOM juga menargetkan pada Maret 2022, menerbitkan EUA (emergency use authorization/izin penggunaan darurat).
Selanjutnya, vaksin Merah Putih yang dipelopori ilmuwan Universitas Airlangga, Surabaya itu, dapat diproduksi massal bekerja sama dengan PT. Biotis Pharmaceuticals.
Selain itu, kata Mulyanto, menurut laporan saat ini BPOM tengah melakukan uji praklinis Vaksin Merah Putih tersebut.
Dalam Konsorsium Riset Covid-19, melalui koordinasi BRIN, ada 11 platform riset vaksin Merah Putih yang dalam proses pengembangan oleh 6 lembaga riset pemerintah dan perguruan tinggi, yakni LBM Eijkman, LIPI, UI, ITB, Unair, dan UGM.
“SAYA KURANG MENGERTI LOGIKA PAK LUHUT”
Saat upaya konsorsium riset Covid-19 mempercepat produksi vaksin, pemerintah berniat membuka izin pembangunan pabrik vaksin dari China di Indonesia.
Mulyanto menilai, pemerintah hanya fokus pada pertumbuhan investasi tanpa memperhatikan dampak jangka panjang bagi kemajuan riset dan industri dalam negeri.
“Terus terang saya kurang mengerti logika Pak Luhut. Kalau logika sederhana saya, kita harus genjot dan kawal riset dan produksi Vaksin Merah Putih dengan berbagai kebijakan,” jelasnya.
“Jangan belum apa-apa sudah mempromosikan pembangunan pabrik vaksin asing di Indonesia,” jelas politisi dari fraksi PKS itu.
Bila sebelumnya pemerintah mengimpor ratusan juta dosis vaksin dari China, kini pemerintah akan memfasilitasi pendirian pabrik vaksin dari China di Indonesia.
“Sehingga terkesan kita ini asing minded. Dan senang-senang saja pasar domestik yang besar ini digerogoti oleh pabrik-pabrik asing,” pungkasnya.
Sebelumnya, Menko Marinves, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, saat ini ada satu perusahaan asal China yang berencana memproduksi vaksin di tanah air pada April 2022.
“Akan ada satu produksi di bulan April (2022), mRNA, kerja sama dengan perusahaan Indonesia dan perusahaan Tiongkok,” ucapnya, dalam Rakornas ke-31 Apindo, Selasa (24/8/2021).
Vaksin mRNA, yakni satu jenis vaksin baru yang kandungannya berbeda dengan jenis vaksin lainnya.*
Penulis : M. Rain Daling
Editor : M. Rain Daling
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps