Lingkar.co – Pondok Pesantren Bustanul Arifin, Desa/Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan memberikan pembekalan kepada para santri dan santriwatinya terkait ekonomi kreatif.
Pembekalan bisnis ini rutin digelar setiap akhir semenster melalui kuliah semester pendek tiga pertemuan.
Salah satunya digelar pada Sabtu (15/6/2024). Tema yang diangkat “Menyiapkan Santri Menghadapi Era 4.0 Serta Tantangan Digital”.
Dalam pembekalan itu, para santri diajari membuat desain stiker, proses sablon mug (gelas) dan sablon kain.
“Ini merupakan pelatihan dengan konsep kuliah semester pendek sebelum libur semester. Pelatihan dilakukan dengan konsep bisnis berkelanjutan dari berbagai sektor,” jelas Pengasus Ponpes Bustanul Arifin Gus Sihabul Milah.
Gus Sihab, sapaan akrabnya menjelaskan, ponpes sudah dua tahun ini menjalankan proses pembelajaran kuliah pendek bidang usaha. Di antaranya yakni usaha bidang pertanian, usaha bidang kloting, bisnis produksi condera mata baik itu pernikahan atau kebutuhan kelompok.
“Banyak sektor usaha yang kita berikan kepada para santri dan santriwati. Tujuannya adalah membuat para santri tetap ta’alum atau proses belajar agama dan memiliki bekal berbinis usai boyongan santri,” katanya.
Pembekelan ini, katanya, juga memang difokuskan pada bisnis digital 4.0. Karena, menurutnya memang sudah eranya. Jika santri tidak mempelajarinya, maka berpotensi akan ketinggalan.
“Nah bisnis digital 4.0 ini membuat para santri harus mengenal minimal tahu dasarnya. Bahwa jualan itu tidak serta merta melalui toko dan pasar. Tapi digitalisasi bisnis melalui jejarang sosial media atau media sosial,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu santriwati, Laila khoirotul Aini mengaku sangat terbatu adanya pembekalan bisnis ini.
Terlebih, menurutnya sebagian santri dan santriwati ada yang lulus dan harus hidup di kalangan masyarakat luar Pondok Pesantren. Sehingga, mereka bisa hidup bersama keluarga dan menjadi santri mandiri yang siap di dunia barunya.
“Alhamdulillah senang bisa belajar berbisnis. Terlebih dengan modal tak sampai Rp 100 ribu ternyata bisa berjualan dengan barang konsumsi dan non konsumsi. Jadi bisa menjadi bekal kita usai boyongan pondok dan hidup di masyarakat,” ujarnya. (*)
Penulis: Miftahus Salam
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps