Lingkar.co – Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jawa Tengah menggelar suluk (retreat) di Selo Boyolali pada Sabtu malam (23/8/2025). Kegiatan tersebut merupakan bagian dari agenda untuk memantapkan langkah kepimpinan periode 2025-2029.
Dalam acara tersebut dihadirkan pula Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, KH. Abdul Ghaffar Razin atau Gus Rozin.
Selain itu, digelar pula inaugurasi di Ahad (24/8/2025) pagi dengan agenda menanam pohon di sekitar destinasi wisata Bukit Senjaya Selo Boyolali.
Kawasan Selo adalah kawasan unik yang berada di lereng tepat di tengah antara Gunung Merbabu dan Gunung Merapi.
Dalam suluk tersebut, Ketua PW GP Ansor Jawa Tengah, Shidqon Prabowo menegaskan bahwa pengurus dan kader PW GP Ansor Jawa Tengah harus adaptif dengan perubahan zaman.
“Saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kehadiran sahabat-sahabat semua dalam acara retreat ini. Kehadiran panjenengan di sini adalah bukti nyata komitmen awal untuk bersama-sama menjalankan roda organisasi GP Ansor Jawa Tengah ke depan. Semoga langkah kita senantiasa bernilai ibadah di sisi Allah SWT,” ujarnya saat menyambut peserta suluk.
Dia meyakini bahwa nama-nama yang masuk dalam jajaran calon pengurus wilayah ini bukanlah kebetulan belaka.
“Semua adalah bagian dari kehendak Allah SWT, melalui proses yang beragam, baik musyawarah, pertimbangan, maupun dinamika organisasi. Maka dari itu, mari kita syukuri dan kita jadikan amanah ini sebagai ladang pengabdian,” ujarnya.
Shidqon Prabowo juga menegaskan, retreat bukan sekadar pertemuan formal, tetapi momentum untuk saling mengenal lebih dekat, menyatukan visi, dan meneguhkan semangat perjuangan.
“Kita adalah keluarga besar, yang diikat oleh semangat pengabdian kepada agama, bangsa, dan negara,” ujarnua.
Yang pasti, menurut Shidqon, tantangan ke depan tidaklah ringan. Ansor dan Banser Jawa Tengah harus menjadi garda terdepan dalam menjaga tradisi Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah, sekaligus adaptif terhadap perubahan zaman.
“Kita harus hadir di tengah masyarakat dengan karya, solusi, dan keteladanan,” jelasnya.
Dia memgajak agar forum ini sebagai ruang untuk memperkuat ukhuwah, merancang langkah strategis, dan menyatukan tekad. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan, keberkahan, dan kekuatan kepada kita semua dalam mengemban amanah organisasi ini.
“Terakhir, mari kita pekikan unkapan yang menyatukan hati dan pikiran kita, menyatukan visi Gerakan kita, menyatukan semangat juang kita bersama,” tutupnya.
Sementara, Ketua PWNU Jawa Tengah, KH Abdul Ghaffar Razin berharap Ansor dan NU solid dalam menjalankan perjuangan.
“Semoga Ansor Jateng solid meskipun mengalami dinamika luar biasa sejak konferwil hingga mendapatkan SK. NU pasti beririsan dengan Ansor san Banom-banom yang lain,” jelas Gus Rozin, sapaan akrabnya.
Ansor dan Banser itu sebagai tulang punggung NU yang berperan memajukan peradaban di lingkungan Jam’iyah. Menurut Rozin, ibarat jika NU adalah kepala dan dada, maka pundak, lutut, kakinya adalah Ansor dan Banser.
“Sinergitas atau koherensi harus dibangun oleh NU dan Banom-banomnya. Ini bisa memperkuat NU dalam kontestasi politik, ekonomi, hingga pendidikan dan inovasi,” ujarnya.
Gus Rozin mengatakan, saat ini NU menghadapi “badai” di atas dan di bawah. Badai di atas terkait dengan konflik kepentingan, lalu di bawah terjadi pergesekan masyarakat terkait pro kontra habaib, ada kiai yang ditolak masyarakat, konflik wakaf masjid, danada pula perusakan kantor MWC NU di sebuah daerah.
“Kejadian-kejadian ini punya benang merah bahwa kita perlu waspada karena ada yang “meremot” konflik di titik-titik panas di berbagai daerah di Jawa Tengah,” jelasnya.
Titik-titik panas ini, lanjut Gus Rozin, jika tidak kita hadapi dengan kepala dingin maka akan menjadi “kebakaran besar”.
“Maka, rangkaian peristiwa itu menuntut kejernihan pikiran kita dalam menghadapi peristiwa itu,” ungkapnya.
Kemudian soal citra, kata Rozin, banyak orang mengkritik dan memaki NU tidak pakai malu-malu lagi.
“Kritik-kritik itu tidak bisa kita hadapi dengan marah-marah. Tapi harus dengam strategi dan kerja nyata di masyarakat. NU dan Ansor harus jalan bersama menghadapi kritik itu dengan sikap bijaksana dan ramah,” ungkapnya.
“Langkah dasar yang harus dilakukan NU dan Ansor adalah memperkuat profesionalisme organisasi, kedisiplinan, serta tindakan nyata bagi ummat,” tutupnya. (*)
Penulis: Husni Bojes