Site icon Lingkar.co

Siap Sambut Libur Nataru, Kapibara dan Sitatunga Bakal Ramaikan Wisata Semarang

Lingkar.co – Semarang Zoo atau Taman Satwa Semarang siap menyambut wisatawan menikmati libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru) dengan berbagai acara menarik.

“Ada sejumlah perbaikan ringan yang kita lakukan untuk menyambut libur Nataru kali ini,” kata direktur PT Taman Satwa Semarang, Bimo Wahyu Widodo saat dikonfirmasi pada Minggu (15/12/2024).

Selain itu, pihaknya juga siap menggelar sejumlah pertunjukan di Semarang Zoo dengan menghadirkan beberapa komunitas. Antara lain; komunitas satwa eksotis, komunitas ayam Serama, komunitas musang, dan komunitas burung perkutut.

Juga dimeriahkan dengan tampilan beberapa grup band. Antara lain; keroncong Balarama, akustik MB music, akustik R.A.P, juara Hanung Fest kategori SD dan SMP, dan juar Hanung Fest kategori SMA dan universitas.

Tidak hanya itu, agar suasana natal lebih terasa, Semarang Zoo juga menyiapkan Meet the Santa, dan lomba tari. Pengunjung juga bisa berinteraksi dengan satwa dalam petting zoo. Yang tidak kalah menariknya, pengunjung juga bisa berinteraksi dengan gajah, dan memberi makan harimau.

Berbagai inovasi kegiatan dilakukan di kebun bintang kebanggaan warga kota lumpia yang berlokasi di sebelah timur pintu tol Kalikangkung.

Hal itu dilakukan untuk mengejar target 35.000 pengunjung pada masa libur Nataru yang berlangsung selama 8 hari. Menurut dia, jumlah tersebut merupakan target realistis dari statistik kunjungan yang terus meningkat dalam dua tahun terakhir.

Terkait pengembangan wisata, dirinya telah menyiapkan program tata ulang desain kandang dan rencana program selama 5 tahun.

Pintu gerbang masuk Semarang Zoo. Foto: Rifqi/Lingkar.co

“Untuk saat ini kita belum bisa bicara banyak karena harus menunggu persetujuan dari Wali Kota, nah ini kan masih masa peralihan, tapi sudah kita siapkan rencana sampai 5 tahun,” ungkapnya.

Tambah Koleksi Satwa

Selain berbagai even menarik, Semarang Zoo juga akan menambah koleksi satwa agar wisata Semarang menjadi semakin ramai, terutama pada libur akhir pekan dan hari libur nasional.

“Orang utan betina, sepasang sitatunga, sepasang pelikan dan 4 kapibara, iguana, gecko, breded dragon dan landak mini,” ungkapnya.

Kapibara besar (Hydrochoerus hydrochaeris), Sitatunga atau marshbuck (Tragelaphus spekii), Landak susu atau landak mini (Erinaceinae), dan Gecko atau Gekkonidae.

Sebagai informasi, saat ini Semarang Zoo masih memiliki seekor burung Pelikan (Pelecanus conspicillatuas), dan tiga ekor pejantan Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus).

Dengan bertambahnya sepasang pelikan, dan pertukaran orang utan betina diharapkan bisa menjaga kelestarian satwa dilindungi di Indonesia.

Perlu diketahui, harimau benggala atau Panthera Tigris Tigris terbilang satwa yang produktif di Semarang Zoo pada masa dipimpin oleh Choirul Awaludin. Karena itu, Bimo menilai sudah saat ada upaya pertukaran indukan untuk menghindari perkawinan sekerabat (inbreeding).

Kapibara atau hewan bernama ilmiah Hydrochoerus. Foto: istimewa

Selain harimau benggala, Semarang Zoo juga berhasil dalam pengembangbiakan rusa sambar atau menjangan (Cervus unicolor), rusa tutul (Axis axis), linsang (Prionodon), burung kakatua (Cacatuidae) dan sebagainya.

Menurut Bimo, pihaknya telah menyetujui kesepakatan bersama dengan Taman Margasatwa Ragunan Jakarta untuk menghibahkan atau tukar-menukar satwa.

“Kami melakukan kunjungan kerja ke Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. Dari kunjungan kerja tersebut, kami sepakat untuk menambah koleksi satwa yang ada di Taman Satwa Semarang atau Semarang Zoo. Alhamdulillah, kami mendapatkan hibah berupa sepasang sitatunga dan sepasang pelikan,” katanya.

Ia melanjutkan, dalam kesepakatan itu pula, pihaknya juga melakukan tukar menukar koleksi satwa berupa harimau Benggala

“Kami memiliki 10 ekor harimau Benggala, sementara Taman Satwa Ragunan memiliki 5 ekor. Karenanya, kita saling bertukar harimau betina dan harimau jantan. Harapannya semakin berkembang dan bertambah banyak spesiesnya,” katanya.

Menurut dia, program penambahan satwa merupakan bentuk respons terhadap kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mencegah satwa dari ancaman kepunahan, terutama satwa endemik Indonesia. (arh)

Exit mobile version