Lingkar.co — Sebanyak 40 taruna dari 10 negara Asia mengikuti kunjungan budaya ke Kampung Batik Semarang sebagai bagian dari rangkaian Police Academy Student Festival Asia (PASFA) 2025. Kegiatan ini menjadi ajang pertukaran budaya yang digelar oleh Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang tahun ini.
Ketua Panitia PASFA 2025 sekaligus Direktur Akpol, Kombes Pol Dr. Eko Srianto, menegaskan bahwa pengenalan batik kepada para taruna internasional merupakan langkah penting dalam memperkuat pemahaman lintas budaya.
“Kami mengajak para taruna dari sepuluh negara untuk mengenal langsung tradisi membatik yang merupakan warisan asli Indonesia,” ujarnya, Kamis (13/11/2025).
Ia menekankan bahwa PASFA bukan sekadar pertemuan antar akademi polisi, melainkan forum untuk membangun hubungan antarnegara melalui budaya. Narasi itu diperkuatnya dengan pernyataan lain: “Melalui kegiatan ini, kami ingin menunjukkan bahwa batik adalah warisan dunia dari Indonesia.”
Para peserta berasal dari Malaysia, Filipina, Laos, Vietnam, Thailand, Indonesia, Korea Selatan, dan Mongolia. Mereka diajak melihat proses pembuatan batik serta memahami filosofi yang melekat pada motif-motif khas Semarang. Eko menilai pengalaman langsung ini memberi perspektif baru bagi peserta tentang identitas Indonesia.
Selain kunjungan budaya, rangkaian PASFA juga mencakup International Undergraduate Conference on Policy (IUCOP). Dalam kompetisi ilmiah internasional itu, Akpol Semarang berhasil meraih juara pertama Academic Excellence Award, menegaskan kapasitas akademik taruna Indonesia.
Salah satu peserta dari Filipina, Cadet Second Class Fernandez, mengungkap kesannya setelah melihat langsung proses membatik. “Ini pertama kalinya saya datang ke Kampung Batik Semarang. Saya terkesan karena batik tidak hanya indah, tetapi juga menggambarkan budaya Indonesia,” tuturnya.
Ia menambahkan bahwa keramahan masyarakat Semarang membuat kunjungannya semakin berkesan. “Para taruna dan petugas Indonesia sangat membantu. Makanan di sini juga enak,” ujarnya.
Fernandez menjelaskan bahwa di Filipina tidak ada tradisi membatik, tetapi ada budaya tenun seperti Malong yang memiliki pola etnis tertentu. Pengalamannya di Semarang memperlihatkan perbedaan dan kekayaan budaya di masing-masing negara Asia.
Setelah meninggalkan Kampung Batik, para delegasi PASFA 2025 melanjutkan agenda budaya ke Kota Lama Semarang dan Kelenteng Sam Poo Kong sebagai bagian dari upaya memperluas pemahaman budaya peserta. ***








