Lingkar.co – Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengapresiasi DMI Kota Semarang berharap, Chairman Social Responsibility (CSR) dari perusahan juga merambah masjid. 1 perusahaan membina 1 masjid.
“Kan ada banyak pabrik di Kota Semarang. Mungkin bisa membina 1 perusahaan 1 masjid,” kata Ita, sapaan akrab Hevearita.
Hal itu terungkap ketika Ita memberikan sambutan pesan pelantikan Pimpinan Daerah (DPD) Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Semarang masa khidmat 2023-2028 di Balai Kota Semarang, Kamis (16/3/2023).
Ita berharap, masjid bisa memberikan bisa memberikan kesejahteraan bagi jamaah. Selain pemberdayaan perekonomian berbasis masjid, kata Ita, juga memperhatikan potensi dan kearifan lokal masing-masing masjid.
“Masjid ini adalah tempat yang potensial. Selain untuk keagamaan tapi juga untuk ekonomi,” ujarnya dalam sambutan.
Dikonfirmasi lebih lanjut terkait gagasan 1 perusahaan membina 1 masjid, Ita menyebut masjid tidak hanya memiliki fungsi membina keagamaan masyarakat. Namun juga bisa menjadi sarana meningkatkan perekonomian masyarakat.
“Tentunya ini kan merupakan bagian bagaimana kita memakmurkan umat dan memakmurkan masjid,” jawabnya.
“Dan tentu yang namanya perusahaan kan ada dana CSR sehingga ini akan bisa lebih bermanfaat bagi perusahaan itu sendiri karena dengan memakmurkan masjid ini kan juga berkah,” sambungnya.
“Perusahaan di kota Semarang ini kan banyak sekali. Saya tadi bilang, mungkin percontohan dululah istilahnya 1 kecamatan 1 perusahaan,” imbuhnya.
Terlebih Ita mengakui banyak perusahaan besar di Semarang, bahkan sudah ada yang bergerak di bidang ekspor impor. Karenanya itu berharap bantuan dari program CSR kepada masjid bisa lebih terarah.
“Biar bantuan bisa lebih terarah, nanti dibuat yang sesuai dengan program pemerintah dalam penurunan stunting. Masjid ini jadi simbol perkonomian jamaah,” ujarnya.
“Kalau diprogramkan masjid ramah anak jangan hanya ramah anak saja tapi bagaimana program penurunan stunting karena kami ada 1.364 (anak stunting),” ucapnya.
“Memang lebih sedikit dibanding yang lain tapi tetep harus bisa ditekan karena kalau kita bicara harusnya stunting itu tidak ada di Indonesia,” tandasnya.
Ia pun menerangkan, karunia Allah pada tanah dan musim di Indonesia yang sangat luar biasa bagi pertanian. Sehingga sepanjang tahun bisa menanam. Berbeda denga negara tertentu yang hanya bisa menanam dalam bulan tertentu.
Senada, Ketua PD DMI Kota Semarang, H. Ahmad Fuad menyatakan fokus saat ini pada pemberdayaan masjid, baik dari sisi manajemen maupun jamaah
“Takmir masjid juga memungsikan untuk program sosial. Memperhatikan jamaah masjid mengatasi kemiskinan, memberdayakan jamaah,” harapnya.
Selain program ekonomi dan sosial, Fuad juga mengungkapkan program pendidikan anak. Praksisnya, masjid bukan sebatas untuk taman pendidikan Al-Qur’an. “Dalam waktu dekat ini kita akan deklarasikan masjid ramah anak,” ungkapnya.
Ia jabarkan, akan ada lokasi permainan, perpustakaan dan sebagainya dengan pendampingan agar tidak menggangu kegiatan peribadatan.
Kendati konsep tersebut menarik, namun ia mengakui bahwa hal itu tidak bisa diterapkan di semua masjid.
“Memang tidak semua masjid bisa ya. Kita ada 17 (masjid) yang kita persiapkan, tapi nanti 1 (masjid) dulu yang kita jadikan dulu sebagai percontohan,” ungkapnya.
Ketua Pimpinan Wilayah (PW) DMI Jawa Tengah, Prof. Dr. KH. Ahmad Rofiq, MA mengapresiasi pemerintah kota Semarang yang telah memperhatikan DMI.
Ia juga menilai Wali Kota memahami detail kebutuhan pengembangan organisasi DMI dalam membina takmir masjid untuk mengelola potensi yang ada.
Terkait fokus di Jawa Tengah, Prof. Rofiq mengubgkapkan sertifikasi tanah masjid masjid jadi prioritas. Terlebih dengan semakin bertambahnya jumlah masjid di Jawa Tengah. Maka, menurutnya, jangan sampai tanah masjid menjadi permasalahan di kemudian hari.
Selain itu, lanjutnya, masjid sebagai pusat peradaban umat juga harus bisa memberikan dampak pada meningkatnya perekonomian jamaah.
“Pertambahan masjid di Kota Semarang juga harus diimbangi dengan kemakmuran jamaah,” harapnya
Oleh sebab itu, ia mengingatkan pesan Nabi Muhammad SAW tentang dampak kefakiran akan rawan pada kekafiran, “Kita tidak menyalahkan siapa-siapa, memang orang fakir rawan menggadaikan akidahnya,” tuturnya.
Sebagai contoh, Prof Rofiq pun mengungkapkan kegagalan Khalifah Umar bin Khatab dalam membuka lapangan kerja atau menjaga kesejahteraan semua umat Islam kala itu. Sehingga terjadi kasus pencurian karena keterpaksaan.
Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: Ahmad Rifqi Hidayat
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps