Lingkar.co – Hanya ada satu wisudawan yang penuh inspirasi di UIN Walisongo Semarang. Ialah Muhammad Amin Hambali. Ia mencuri perhatian publik lantaran keterbatasan yang ia miliki tidak bisa menghalangi untuk meraih gelar strata satu di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang.
Amin adalah seorang penyandang disabilitas tuna netra yang berasal dari Desa Jlumpang, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang. Ia lahir dari keluarga almarhum Muchlasin dan Marijati.
Keterbatasan Amin tidak menjadi penghalang untuk terus berkreatifitas. Bisa dikata, ia penuh dengan inspirasi dan memanfaatkan kelebihan itu dengan aktif menulis. Bahkan, ia berhasil meraih juara 1 dalam perlombaan cerpen kategori tulisan paling menyentuh, serta juara kedua untuk tulisan favorit pembaca.
Amin juga aktif menulis di cerpen dan buletin maupun website LPM Missi. Dengan semangat dan keteguhan, Amin Hambali menunjukkan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk mencapai impian.
Amin diwisuda bersama 557 wisudawan lain yang dilaksanakan pada Sabtu(2/11/2024) di Auditorium dua kampus tiga Gedung Tgk Ismail Yaqub.
Amin mendapatkan beasiswa dari sahabat mata. Program studi KPI saat itu menjadi pilihannya dan yang menerima mahasiswa difabel di UIN Walisongo. Kemampuan Amin terus berkembang. Dalam tugas akhirnya Amin juga berharap bisa berkontribusi dan memberikan semangat bagi teman teman difabel. Skripsi Amin berjudul “Website Kartunet.com sebagai Media Difabel Netra dalam Mengekspresikan Diri Lewat Karya Tulis Bermuatan Islam”.
Awalnya, Amin memiliki ketertarikan untuk belajar psikologi, dengan harapan dapat memahami pola pikir dan tingkah laku manusia. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menyadari bahwa ilmu komunikasi juga sangat penting dan saling terkait.
“Belajar tentang komunikasi memberikan saya pemahaman yang lebih baik untuk menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain,” ungkapnya kepada lingkar.co pada Selasa (5/11/2024).
Sebagai seorang difabel, Amin menghadapi berbagai tantangan selama masa kuliahnya. Salah satu kesulitan terbesar adalah navigasi saat dikampus. Momen paling menantang muncul ketika ia harus menyusun tugas akhir. Di saat teman-temannya juga disibukkan oleh proyek mereka, Amin merasa terisolasi saat mencari referensi dan berdiskusi.
“Meskipun teknologi memudahkan pencarian informasi, kadang saya merasa terputus dari orang lain,” jelasnya.
Namun, pengalaman paling berkesan bagi Amin terjadi saat PBAK. Di momen itu, ia merasakan kehangatan dan dukungan dari teman-teman barunya, yang mengubah pandangannya yang sebelumnya pesimis terhadap interaksi sosial.
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps