BPBD Jawa Tengah Terjunkan Tim di Daerah Rawan

Bencana tanah longsor yang terjadi di wilayah Jawa Tengah pada tahun 2021 lalu. (Adhik Kurniawan/Lingkar.co)

SEMARANG, Lingkar.co – Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah telah membentuk tim penanganan daerah rawan untuk mengantisipasi adanya bencana tanah longsor. Langkah itu sebagai tindak lanjut informasi dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah tentang bahaya longsor akibat curah hujan tinggi.

Kepala BPBD Provinsi Jawa Tengah, Bergas mengatakan, tim desa tangguh (penanganan) telah disiapkan di setiap wilayah. Pihaknya juga berkoordinasi dengan BPBD dan relawan di 35 Kabupaten/Kota.

“Yang kita bentuk itu (desa tangguh bencana), minimal ada personel relawan, satgas (satuan tugas) setempat, BPBD kabupaten/kota yang siap mengawal masyarakat,” kata Bergas.

Mengenai pemberdayaan jaring BPBD dan komunitas relawan kabupaten/kota tersebut, jelas Bergas, bertujuan untuk mengamati dan memberikan peringatan atau kewaspadaan pada masyarakat. Langkah ini juga sebagai antisipasi sebelum terjadinya bencana.

BPBD Jateng Sebut Jumlah Wilayah Terdampak Kekeringan Menurun

“Melakukan kewaspadaan dan pengamatan agar tidak terjadi kejadian alam itu (longsor). Karena itu ‘kan kejadian alam yang tidak bisa ditahan. Tapi kita bisa melakukan antisipasi. Baru setelah terjadi bisa melakukan penanganan lewat tim penanganan,” jelas dia.

Kemudian, mengenai kondisi Warning Erling Sistem (WES) longsor, Bergas tidak menampik jika ada beberapa titik yang perlu pemeliharaan. Kendati demikian, pihaknya mengklaim hal tersebut masih pada taraf aman.

“Memang masih ada yang perlu pemeliharaan. Namun, ada juga yang normal dan tidak terjadi apa-apa. Tapi di titik-titik (rawan) itu ‘kan, tidak semata-mata hanya itu saja (pendeteksinya). Kita sudah siagakan posko tadi,” terangnya.

Antisipasi Bencana, Dewan Sidak BPBD Pati

Bergas menegaskan, untuk saat ini yang terpenting adalah kerja sama setiap lapisan termasuk masyarakat untuk saling mengingatkan dan menjaga. Di antaranya melalui koordinasi setiap posko di wilayah masing-masing.

“Jadi kami harap bisa bergerak bersama dan saling membantu. Agar setiap tempat bisa segera antisipasi dan lakukan penanganan kalau ada tanda-tanda kejadian atau indikasi,” tutup dia.

Diberitakan sebelumnya, Kepala ESDM Provinsi Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan, curah hujan tinggi dapat menambah bobot tanah yang berpotensi mengakibatkan longsor.

“Daerah merah (lereng dan sekitarnya) itu kan, menjadi potensi longsor jika ada yang mengganggu. Contohnya, gangguan lereng yang terdiri dari penambahan bobot tanah dan pengurangan daya dukung lereng karena adanya penambahan air dari curah hujan yang mengisi masa tanah,” kata Sujarwanto, Minggu (30/1) lalu.

Adanya peringatan tersebut, Sujarwanto minta masyarakat waspada dengan daerah-daerah lereng dan sekitarnya. Selain itu, peringatan tersebut juga menjadi petunjuk teknis kepada sektor penanganan di masing-masing kabupaten dan kota.  Lebih lanjut, kepada BPBD di semua wilayah agar bisa siaga sekaligus koordinasi dengan aparat sekitar. Termasuk memberi surat peringatan potensi longsor kepada masyarakat sekitar. Tidak sampai di situ, pihaknya mendorong ada antisipasi dini dengan memperkuat lereng dan sekitarnya. (Lingkar Network | Adhik Kurniawan – Lingkar.co)