Lingkar.co – Ketua Dewan Pendidikan Kota Semarang, Dr. Budiyanto SH MHum mengingatkan, keluarga merupakan bagian dari Tri Pusat Pendidikan yang pertama. Pendidikan yang utama itu dalam keluarga karena menjadi tempat membentuk karakter anak
“Orang tua tidak hanya bekerja keras mencari nafkah, lebih dari itu juga menjadi guru yang mendidik sehingga anak memiliki budi pekerti yang baik, yang luhur,” kata Budiyanto saat membuka Dialog Pendidikan dengan tema Gangster Meresahkan Masyarakat di SMAN 1 Semarang, Kamis (3/10/2024).
“Mau jadi baik atau tidak, itu tergantung pada orang tuanya. Bisa jadi sopan, santun, ngerti unggah-ungguh, ini berasal dari didikan orang tua, dari lingkungan keluarga,” sambungnya.
Dalam kesempatan itu, Budiyanto juga meminta agar lingkungan keluarga untuk peka terhadap perkembangan anak. “kalau di pencegahan teroris itu ada istilah deteksi dini. Kalau ini diaplikasikan dalam pendidikan keluarga, orang tua harus mendeteksi kemungkinan adanya perubahan sikap atau perilaku anak.
Sehingga dapat dideteksi dengan baik, apakah anak menjadi pelaku atau korban perundungan maupun terlibat pada persoalan lain
Kemudian, lanjutnya, anak belajar di sekolah yang menanamkan yang nilai etis, baik secara norma sosial maupun norma agama.
Ia katakan, sekolah juga mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan sesuai kurikulum yang telah ditetapkan. “Anak akan berkembang dengan baik seiring bertambahnya ilmu pengetahuan dan keterampilan,” paparnya.
Kepada para guru, Budiyanto berpesan, seorang guru harus membuat iklim pendidikan di lingkungan sekolah. Dengan demikian, anak dapat belajar berkompetisi menjadi yang terbaik dengan saling memotivasi “Guru itu tidak hanya mengajar, tapi juga mendidik anak,” pesannya.

Oleh karena itu, fenomena gangster yang marak beberapa waktu lalu merupakan evaluasi bersama, khususnya orang tua murid. “Jangan terburu-buru menyalahkan orang lain. Mari kita berpikir bersama agar mereka tidak tersesat, itu anak-anak kita semua,”
Budiyanto juga mengapresiasi Polrestabes Semarang yang dengan cepat menangkap 117 orang dari 29 kelompok gangster yang kemudian melakukan pembinaan dan mengumumkan pembubaran. “Ini luar biasa, bisa dikumpulkan dan menyatakan bubar, kami tentunya berterima kasih kepada Kapolrestabes Semarang dan jajaran yang sigap menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat,” tuturnya.
Senada, Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Dr Bambang Pramusinto, SH, SIP, MSI mengingatkan, tidak ada lagi istilah sekolah favorit, saat ini yang berlaku adalah sistem zonasi pendidikan.
“Jangan merasa anaknya sudah diterima di sekolah negeri favorit terus merasa tenang-tenang saja. Ternyata anggota gangster ini juga ada yang berasal dari sekolah favorit,” bebernya.
“Mindset seperti ini masih melekat pada orang tua karena sudah merasa anaknya sekolah di tempat yang dulunya disebut sekolah favorit,” ujarnya.