“Sibat juga dibekali dengan perlengkapan kebersihan, alat tanggap darurat, dan logistik dasar yang diperlukan untuk membantu masyarakat saat terjadi bencana,” sambungnya.
Memperhatikan hasil tersebut, kata Ratna, PMI Kota Semarang secara aktif mengembangkan Sibat dengan membentuk kelompok Sibat di wilayah-wilayah rawan bencana, seperti di daerah pesisir atau dataran rendah yang rentan terhadap banjir.
“Setiap kelompok Sibat dibina agar dapat berperan sebagai agen perubahan di komunitasnya, mengedukasi warga setempat tentang kesiapsiagaan dan tanggap darurat,” tuturnya.
Menurut Ratna, PMI tetap mendampingi Sibat dan masyarakat dalam menyusun rencana rencana tanggap darurat lokal yang sesuai dengan potensi risiko di wilayah masing-masing. Rencana ini melibatkan pemetaan wilayah, identifikasi sumber daya lokal, dan pengembangan prosedur standar operasi saat bencana terjadi. (*)
Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat