Lingkar.co – Dinas Pangan Pertanian Peternakan dan Perikanan (DP4) pada Rabu (01/03/2023) untuk pertama kali melaksanakan Pelatihan Relawan Vaksinator Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Mereka bertugas meredakan kekhawatiran peternak terhadap PMK yang menyerang kesehatan hewan ternak setahun ini, khususnya sapi.
Ada 110 peserta mengikuti pelatihan vaksinator PMK di gedung pertemuan DP4 Blora tersebut. Antara lain dari perwakilan TNI sebanyak 32 orang, kepolisian 35 orang, dan ASN/PNS kecamatan 4 orang.
Sisanya perwakilan dari Kelompok Sapi Indonesia (KSI) Blora, gabungan kelompok tani (Gapoktan) dan Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA).
“Pelatihan dilaksanakan selama 2 hari, adapun pelatihan teori dihari pertama dan praktek dilapangan dihari kedua,” ucap Kepala Dinas DP4 Kabupaten Blora, Gundala Wejasena kepada Lingkar.co.
Ia berharap para peserta dapat meningkatkan prosentase vaksinasi PMK dan menekan wabah, serta LSD di Kabupaten Blora.
Lumpy Skin Disease (LSD) adalah penyakit kulit infeksius yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV).
LSDV merupakan virus bermateri genetik DNA dari genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae.
“Ada 200 ribu vaksin PMK, kami targetkan di tahun 2023 untuk keseluruhan wilayah kabupaten Blora,” ungkapnya.
Ia sebut baru 70 ribu sapi tervaksin karena kekurangan petugas vaksin. Bahkan beberapa waktu lalu, pihaknya sempat kewalahan melayani permintaan peternak sapi.
“Data yang ada yang sudah mendapatkan vaksin baru 70 ribu sapi, bukan vaksinnya kurang tetapi petugas vaksin yang kurang,” urainya..
“Harapannya nanti di bulan Oktober seluruh hewan ternak sapi sehat, semua tervaksin,” tuturnya.
Gejala PMK
Sebagai informasi, gejala PMK umum terjadi pada hewan ternak mamalia herbivora.
Adapun gejalanya antara lain tidak nafsu makan, penurunan berat badan, berkurangnya produksi susu akibat mastitis, bibir bergetar dan mulut berbusa, serta pincang.
Penularan LSD secara langsung melalui kontak dengan lesi kulit, namun virus LSD juga tersebar melalui darah, leleran hidung dan mata, air liur, semen dan susu.
Penularan juga dapat terjadi secara intrauterine. Secara tidak langsung, penularan terjadi melalui peralatan dan perlengkapan yang terkontaminasi virus LSD seperti pakaian kandang, peralatan kandang, dan jarum suntik.
Sedangkan penularan secara mekanis terjadi melalui vektor, yaitu nyamuk (genus aedes dan culex), lalat (Stomoxys sp, Haematopota spp, Hematobia irritans), migas penggigit dan caplak (Riphicephalus appendiculatus dan Ambyomma heberaeum).Subkoordinator Pelayanan Teknis Balai Besar Veteriner (BBVET) Wates Yogyakarta, Suhardi, menceritakan bahwa wabah PKM pernah terjadi puluhan tahun lalu, dan selesai tujuh tahun kemudian.
“PMK di tahun 1983 selesai tahun 1990 dan itu diakui dunia. memang untuk sapi sehat 70 sampai 85 persen tervaksin,” bebernya.
“Jadi PMK ini, hampir sama dengan Covid-19. Untuk penanganan juga hampir sama, yakni semua sapi harus divaksin. Dan lebih baik serempak dalam mobilitasnya. seperti tadi dikatakan bahwa vaksin semua sudah,” terangnya.
Penulis: Lilik Yuliantoro
Editor: Ahmad Rifqi Hidayat
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps
Respon (1)