Lingkar.co – Elektabilitas Iswar Aminudin yang saat ini masih aktif sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Semarang selalu menguntit bakal calon petahana Hevearita Gunaryanti Rahayu (mbak Ita) dalam survei Pemilihan Wali Kota Semarang. Menurut pengamat politik, hal itu berpeluang untuk digerindrakan.
Terbaru, hasil survei Y-Publica hasil yang dilakukan pada 12-20 Mei 2024 menempatkan elektabilitas Iswar masih pada posisi kedua dengan 12,5% terpaut sedikit dari Mbak Ita yang memperoleh 14,2%. Menyusul setelahnya, Ade Bhakti Ariawan yang paling populer di media sosial meraih 9,2%, dan Alamsyah Satyanegara Sukawijaya (Yoyok Sukawi) 6,6% pada simulasi tertutup.
Sementara pada simulasi semi terbuka, jika pemilihan dilakukan saat ini, nama Hevearita Gunaryanti Rahayu muncul dengan raihan 14,4% disusul Iswar Aminudin dengan 12,9%, Ade Bhakti Ariawan 11,5%, AS Sukawijaya 10,1%, dan Krisseptiana Hendrar Prihadi 3,7%.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, M Kholidul Adib menuturkan, dari sekian tokoh, dua nama menjadi kandidat kuat maju sebagai calon wali kota Semarang 2024 karena tokoh yang lahir dari partai politik.
“Dua kandidat kuat calon wali kota di Pilwalkot Semarang 2024, yakni AS Sukawijaya alias Yoyok Sukawi yang diusung Partai Demokrat dan Hevearita Gunaryanti Rahayu atau Mbak Ita yang menjadi kader PDIP yang berniat kembali maju ke Pilwalkot 2024. Keduanya diinformasikan sudah aman dapat rekomendasi partai,” ujarnya saat dikonfirmasi melalui aplikasi perpesanan WhatsApp, Sabtu (1/6/2204).
“Sementara Iswar Aminuddin masih berjuang untuk dapat rekomendasi dari partai-partai yang mau mengusung dirinya,” sambungnya.
Memperhatikan jumlah kursi yang diperoleh pada Pemilu Legislatif 14 Februari lalu. Antara lain; PDIP mendapatkan 14 kursi, Partai Gerindra 7 kursi, PKS 6 kursi, Demokrat 6 kursi, PKB 5 kursi, PSI 5 kursi, Partai Golkar 4 kursi, Partai Nasdem, PPP dan PAN masing-masing memperoleh 1 Kursi DPRD Kota Semarang.
“PDIP dengan 14 kursi sudah bisa mengusung Mbak Ita. Sedangkan Partai Demokrat yang punya 6 kursi bisa koalisi dengan PKB yang punya 5 kursi, total 11 kursi juga sudah bisa mengusung Yoyok – Wawan. Yoyok tinggal cari tambahan partai pendukung,” paparnya.
Menurutnya, Partai Gerindra ada kecenderungen gabung mendukung Mbak Ita dari PDIP. Tapi Demokrat juga masih berjuang untuk mendapatkan dukungan Gerindra sehingga masih tarik-menarik antara mau gabung koalisi dengan PDIP atau Demokrat.
“Kalau melihat peta politik nasional, jika PDIP belum ketemu Prabowo dan masih bersikap oposisi terhadap Prabowo, maka Demokrat bisa memanfaatkannya sebagai alasan untuk mengajak Gerindra gabung dengannya. Tapi jika Gerindra dapat wakil wali kota dari PDIP maka besar kemungkinan Gerindra gabung dengan Mbak Ita,” urainya.
“Golkar, PSI dan PKS juga kemungkinan gabung Yoyok. Jadi masih terbuka berbagai kemungkinan koalisi, termasuk juga masih terbuka kemungkinan partai-partai koalisi Prabowo masih bisa melanjutkan satu gerbong mengeroyok jago dari PDIP karena Prabowo dan koalisinya butuh mengamankan program-programnya berjalan hingga di daerah. Semua akan jelas pada Agustus nanti saat semua partai mendaftarkan jagonya di KPU Kota Semarang,” jelasnya.
Adib melanjutkan, saat ini semua partai politik saling melobi lantaran ingin mengusung kader sendiri sebagai calon wali kota maupun wakil wali kota. “Masih tahap lobi-lobi atau komunikasi elit partai. Yoyok Sukawi dari Demokrat telah menjalin komunikasi dengan PKS, PSI, Nasdem, PKB, Partai Golkar, dan Partai Gerindra,” ujarnya.
“Seandainya 7 partai tersebut koalisi, maka Yoyok Sukawi berkekuatan 28 kursi. Partai-partai tersebut memiliki massa pendukung yang cukup banyak untuk bisa memenangkan Yoyok Sukawi,” lanjutnya.
Kendati demikian, ia pun memperhatikan adanya peluang melanjutkan koalisi nasional dalam mematahkan dominasi PDI Perjuangan dalam pemilihan presiden yang berlangsung bersama pemilihan legislatif pada 14 Februari lalu.
“Sementara itu, bila mengacu pada koalisi Pilpres 2024, PDIP yang mengusung Ganjar Pranowo – Mahfud MD, akan berkoalisi dengan PPP, Hanura dan Perindo. Kursi PPP cuma 1 sedangkan Hanura dan Perindo tidak punya kursi,” katanya.
Oleh karena itu, ada kemungkinan PDI Perjuangan Kota Semarang berani mengajukan dua kader sekaligus, yakni menduetkan Mbak Ita dengan Arnaz Agung Andrarasmara atau menempatkan Iswar sebagai wakil Mbak Ita.
“Bisa juga PKB dan PKS bikin koalisi sendiri kayak dulu saat Sumarmo dan Zubair Syafawi, tapi peluang ini masih kecil terulang lagi,” ujarnya.
Mestinya, menurut Adib, Gerindra sebagai partai yang memenangkan Pilpres 2024 berani mengajukan jago sendiri sebagai calon wali kota Semarang. “Entah dari kader sendiri atau mengusung figur baru yang mempunyai elektabiltas tinggi,” ucapnya.
Gerindra bisa menggaet Golkar, PKS atau PKB, bahkan Demokrat bisa berubah jadi wakilnya Gerindra. “Sayangnya kita belum melihat ada upaya Gerindra untuk mengusung jagonya sendiri. Sayang Gerindra Kota Semarang masih minim kader potensial yang dapat diusung sebagai calon wali kota,” ucaonya.
“Sebetulnya ada sejumlah nama bisa digaet sebagai jago Gerindra, termasuk figur Pak Iswar sebagai Sekda juga bisa digerindrakan asal komunikasi politik berjalan dengan baik. tapi mungkin pertimbangan isi tas dan lain -lain membuat Gerindra masih melakukan kalkulasi politik dengan cermat,” tutupnya. (*)
Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps