Fakta Unik Sirine Kuno Peninggalan Belanda, Jadi Penanda Waktu Imsak dan Buka Puasa di Blora

Sirine Ramadhan Blora. Foto: Lilik/Lingkar.co

Lingkar.co – Ada sebuah fakta unik tentang Bulan Ramadhan di Blora, Jawa Tengah. Di masa kolonial Belanda, warga dapat mengetahui waktu imsak dan buka puasa melalui sirine. Konon, bunyi sirine tersebut bisa terdengar sampai sejauh 5km.

Bunyi sirine, kala itu, sangat dinantikan oleh warga untuk mengetahui kapan harus berhenti makan sahur dan kapan sudah diperbolehkan menikmati buka puasa. Sebab, sirine menjadi patokan utama sebelum Muazin mengumandangkan adzan.

Semua langgar, surau maupun masjid menjadikan suara sirine tersebut sebagai rujukan waktu imsak dan buka puasa di Blora. Kini, sirine kuno yang diperkirakan berusia 100 tahun dan menjadi ikon kota minyak dan jati.

Saat ini, sirine berada di area pendopo rumah dinas Bupati Blora. Sirine tersebut berada di ketinggian 15 meter dengan tiang besi, pada bagian paling atas terdapat bundaran (lingkaran) kecil.

Lukman, salah satu warga tinggal tak jauh dari Pendapa Bupati Blora, mengatakan, “Nguk” (sebutan sirine sesuai suaranya,-red), dulunya adalah sirene yang digunakan Belanda sebagai tanda bahaya jika ada musuh datang.

“Menurut cerita turun-temurun dari leluhur sejak kecil sudah ada, kemudian Nguuk ini sekitar 1979 sirine ini baru dialih-fungsikan untuk penanda buka puasa,” ucapnya kepada lingkar.co di Blora, Kamis (23/03/2023).

Lebih lanjut ia menceritakan, dulu, sebelum Nguk dijadikan penanda berbuka, di Blora masih menggunakan bedug yang ada di Masjid Baitunnur. Namun karena suaranya hanya didengar warga sekitar kemudian diganti dengan suara sirine yang lebih nyaring dan lebih jauh.

Kendati demikian, katanya, bedug masih digunakan sampai sekarang sebagai penanda menjelang dimulainya ibadah bagi umat Islam di Blora.

Menurutnya, sirine tersebut adalah yang tertua di Jawa Tengah. Bahkan bisa jadi juga sebagai sirine tertua di Indonesia yang masih aktif digunakan hingga kini.

“Karena bentuk sirene ini seperti bulatan yang di dalamnya berisi kumparan, kalau ada benda asing masuk akan mudah korslet, tenaganya pun cukup besar, sekali menyala butuh daya 16.000 volt,” bebernya.

“Menyalakannya juga manual, yakni pakai handle, dengan radius suara yang dihasilkan bisa mencapai 5 kilometer lebih, dulu awal-awal dipakai suaranya bisa sampai 15 kilometer, karena usia cukup tua maka semakin lemah suaranya,” ujarnya.

Sebagai informasi, setiap bulan Ramadhan masyarakat Blora Kota khusunya, selalu menyempatkan melihat momen langka tersebut, yakni membunyikan sirine tua. Sebab, sirine peninggalan zaman Belanda tersebut tak selalu difungsikan. Dan hanya di momen-momen tertentu saja, salah satunya saat Ramdhan.

Selain pada bulan Ramadhan, sirine juga dibunyikan saat Tahun Baru dan saat peringatan detik-detik Kemerdekaan Republik Indonesia. (*)

Penulis: Lilik Yuliantoro
Editor: Ahmad Rifqi Hidayat