Gelar Aksi di Ulang Tahun PSIS ke 93, Ini Harapan Suporter ke Pemkot Semarang

Suporter PSIS pasang banner di depan kantor Balaikota Semarang. (dok Alan Henry)
Suporter PSIS pasang banner di depan kantor Balaikota Semarang. (dok Alan Henry)

Lingkar.co – Dalam merayakan Ulang Tahun PSIS ke 93, ribuan suporter gelar aksi di depan Balai Kota Semarang pada Minggu (18/5/2025) malam.

Pentolan Panser Biru, suporter klub sepak bola PSIS Semarang, Kepareng manyampaikan, rangkaian aksi tersebut meliputi doa bersama, penyampaian orasi dan menyalakan petasan.

“Rangkaian acara tidak hanya di Balaikota Semarang, di Gubernuran juga ada penampilan band lokal. Setidaknya ada seribu suporter yang ikut hadir di acara ini,” katanya saat ditemui Lingkar.co.

Melihat turunnya prestasi PSIS, pihaknya meminta Ceo PSIS, Yoyok Sukawi diminta hengkang dari kepengurusan manajemen PSIS.

“Kami sudah ikhlas PSIS yang tadinya di Liga 1 turun prestasi menjadi Liga 2, tapi kami meminta Yoyok Sukawi untuk out, Yoyok out dari manajemen,” ucapnya.

Sementara itu, Wareng menyampaikan, melalui Wali Kota Semarang, pihaknya ingin audiensi dengan Yoyok Sukawi. Tapi ia menyebut, Uoyok Sukawi hingga kini belum ada tanggapan.

“Kami sudah ketemu bu Wali. Kita itu cuma ingin dimediasi lah dengan manajemen dengan Yoyok Sukawi tapi sampai sekarang belum, belum ditemukan,” katanya.

“Bu Wali kemarin sudah setuju untuk mediasi cuma belum ada tindak lanjutnya. Mungkin dari Yoyoknya yang enggak mau atau gimana kurang tahu,” tambahnya.

Suporter PSIS pasang banner di depan kantor Balaikota Semarang. (dok Alan Henry)

Lanjutnya, terkait mediasi, pihaknya hanya ingin mengutarakan PSIS tidak menjadi kepemilikin keluarga Yoyok Sukawi, bagiamana huruf S yaitu Semarang, dirinya ingin PSIS menjadi milik masyarakat Kota Semarang.

“Ya karena PSIS itu S-nya Semarang ya kita penginnya tetap PSIS itu bukan hanya milik keluarga Sukawi tapi milik semua masyarakat termasuk suporter. Jadi penginnya ya kepemilikan sahamnya Yoyok Sukawi dan keluarga itu tidak mayoritas. Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas merosotnya prestasi ini,” pungkasnya.

Wareng berharap, pengelolaan PSIS bisa mencontoh pengelolaan Persija, dimana Persija menjadi milik Pemerintah Kota, sehingga PSIS tidak bisa menjadi alat politik.

“Kita penginnya sih sebenarnya, ada harapan bisa dikelola kayak Persija, PT milik Pemkot, andil biar PSIS itu tidak dibuat alat politik. Kayak Persija kan yang dibuat politik cuma suporternya. Kalau di sini kan suporternya dibikin Politik. PSIS-nya juga dibikin politik. Penginnya sih kayak gitu. Ya, profesional ada kepemilikan dari Pemkot biar nama Semarangnya itu tidak bisa hilang dan pergi lah,” imbuhnya. ***