Kendal Jadi Penyangga Komoditas Bawang Merah Kedua Setelah Brebes

Kendal Jadi Penyangga Komoditas Bawang Merah Kedua Setelah Brebes. Foto: Wahyudi/Lingkar.co

Lingkar.co – Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kendal, Pandu Rapriatrogojati mengatakan, Kabupaten Kendal kini menjadi salah satu wilayah penyangga komoditas bawang merah di Jawa Tengah.

Saat ini Kendal menjadi penghasil bawang merah kedua setelah Kabupaten Brebes. Setiap tahun area tanaman bawang merah selalu meningkat.

Selama ini, kata Pandu, Kendal menghasilkan banyak hasil komoditas tanaman, namun yang menjadi unggulan ada tiga, yakni; kopi, tembakau, dan gula aren. Selain itu juga penghasil padi dan jagung

Hijau-Minimalist-Ucapan-Selamat-Sukses-Kiriman-Instagram-3

Pandu lanjut menjelaskan, lima tahun lalu banyak lahan sawah disewa oleh petani Brebes untuk menanam bawang merah. Namun seiring perkembangan, para petani dan kelompok tani telah memiliki ilmu dan pengalaman cara menanam bawang merah. Sehingga saat melakukan tidak lagi menyewakan lahannya.

Bahkan Pandu mengatakan, kabupaten kendal telah diakui Kementerian Pertanian sebagai penghasil bawang merah. Menurutnya, untuk dapat menjadi penyangga bawang merah membutuhkan proses yang panjang.

Ada lima kecamatan yang menjadi sentra budidaya bawang merah di Kabupaten Kendal. Yakni Kecamatan Ringinarum, Gemuh, Ngampel, Pegandon, Weleri. Dan diperkirakan akan menyebar di Kecamatan Kangkung dan Rowosari.

Png-20230831-120408-0000

“Di Kabupaten Kendal ada 5 Kecamatan yang menanam bawang merah, namun demikian tiap tahun luasannya bertambah.Jadi andalan komuditas pertanian di Kendal tidak hanya padi jagung, namun sekarang juga ada bawang merah,” kata Pandu saat mengunjungi gudang benih bawang merah di Kecamatan Gemuh, Sabtu( 4/11/23)

Sementara ketua Paguyuban Petani Bawang Merah, Mukti Lestari Kabupaten Kendal, Samsudin, menyampaikan kendala yang seringkali dihadapi para petani bawang merah. Yakni tingginya modal yang diperlukan saat membudidayakan bawang merah. Selain itu, membutuhkan perawatan yang ekstra.

“Kendala yang jelas dihadapi itu ya modalnya harus banyak, kemudian dalam perawatannya kita harus selalu mengamati, mengawasi untuk hamanya. Hama kalau kita lengah sedikit saja itu keberhasilan panennya kecil,” ujarnya.

“Untuk benih saja per-hektar butuh sekitar 1,5 ton, dengan harga benih rata-rata per kilonya Rp40 ribu. Belum lagi nanti biaya olah tanah, kebutuhan pupuk atau pestisida. Sehingga per-hektar rata-rata bisa mencapai Rp150 juta hingga Rp200 juta,” imbuhnya.

Ia juga mengeluhkan fluktuasi harga, ketika harga bawang merah tinggi, petani mendapatkan keuntungan tinggi, namun saat harga bawang merah turun seperti saat ini, petani kadang malah merugi. (*)

Penulis: Wahyudi
Editor: Ahmad Rifqi Hidayat

Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *