Harga Bawang Merah Anjlok, Petani Gantung Hasil Panen

Harga Bawang Merah Anjlok, Petani Gantung Hasil Panen. Foto: Wahyudi/Lingkar.co

Lingkar.co – Harga bawang merah anjlok, para petani di Kendal memilih menyimpan hasil panen bawang merah di bawah atap rumah daripada menjualnya.

Seperti pemandangan rumah-rumah di Desa Kedunggading Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal. Nampak gerombolan bawang merah yang diikat dan digantung berjajar rapi di bawah genteng teras rumah warga.

Salah satu petani bawang merah di Desa Kaligading, Mukti menerangkan, selama tiga bulan bawang merah di bawah atap tetap kering. Dengan cara ini, katanya, petani bisa menjaga bawang merah agar tidak busuk sambil menunggu harga bawang merah naik.

Hijau-Minimalist-Ucapan-Selamat-Sukses-Kiriman-Instagram-3

Teknik penyimpanan seperti ini banyak dilakukan oleh petani, sebab dianggap paling praktis dan sederhana. Selain itu, petani juga tidak was was ada pencuri bawang merah karena hampir semua rumah penduduk terasnya dihiasi bawang merah.

Lebih jauh Mukti mengungkapkan, hampir 90 persen warga desanya menjadi petani. Basanya masa tanam bawang merah dimulai di bulan Maret dan pada bulan Juli sudah mulai panen. Setelah itu, berganti tanam tembakau.

“Karena harga bawang merah anjok dari petani. maka petani, melilih menyimpan dengan cara seperti ini sampai kering, (dijual) nanti (saat) harganya tinggi. Selain itu, ini nantinya juga buat bibit pada saat (musim) tanam bawang merah,” jelas Mukti, Jumat (15/9/1/2023)

Png-20230831-120408-0000

Sebagai informasi, saat ini bawang merah super dari petani hanya dihargai Rp12 ribu per kilogram. Sedangkan bawang dengan kualitas lebih rendah harganya kurang dari Rp10 ribu.

Oleh karena itu, menurut hitungan para petani, harga jual tidak sebanding dengan biaya tanam dan perawatan. Menyikapi hal itu, petani menyimpan bawang merah dengan cara digantung di bawah atas teras rumah agar tetap kering sambil menanti harga kembali naik.

Anjloknya harga bawang merah diperkirakan karena musim tanam petani di berbagai daerah terpaut jauh karena bawang merah tidak mengenal musim.

Mungkin banyak petani Kendal yang saat ini baru panen bawang merah, sementara wilayah di wilayah Brebes diperkirakan sudah mulai panen bulan Agustus, demikian pula di daerah lain yang mungkin baru usai masa tanam.

Ia juga mengeluhkan harga hasil pertanian yang sering merosot saat mulai paneh, padahal harga di pasar relatif stabil dan bahkan naik. Oleh sebab itu, Mukti berharap pemerintah bisa memberikan jalan keluar agar petani tidak merugi.

“Saat ini harga bawang merah dari petani yang super Rp12 ribu, sementara harga di pasar dengan kualitas sedang saja harganya Rp15 ribu per kilogramnya sehingga petani ini bisa dikatakan selalu rugi,” keluhnya. (*)

Penulis: Wahyudi
Editor: Ahmad Rifqi Hidayat

Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *