Lingkar.co – Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Kabupaten Pati memprediksi konsumsi gas LPG 3 kilogram (kg) bakal naik saat perayaan Hari Raya Idul Fitri. Padahal, saat ini stoknya di Pati masih langka.
Kepala Disdagperin Pati Hadi Santoso mengatakan kenaikan konsumsi gas LPG 3 Kg bakal terjadi karena banyak masyarakat yang melakukan mudik lebaran ke Kabupaten Pati.
“Nanti lebaran banyak hari libur, sehingga yang dari luar kota mungkin pulang atau mudik ke Pati. Jadi konsumsi juga meningkat,” katanya, Senin (18/3/2024).
Di sisi lain, ia mengatakan jumlah konsumsi gas LPG 3 kg di Pati hingga bulan Februari mencapai 2.791.200 tabung.
“Untuk LPG bulan Januari itu konsumsinya sudah mencapai 1.810.840 tabung 3 kg. Kemudian bulan Februari kemarin tercatat 980.360 tabung,” ujarnya.
Sementara, alokasi gas LPG 3 kg yang disediakan pada tahun ini untuk Kabupaten Pati sebanyak 3.595 ribu metrik ton atau sekira 13 juta tabung.
Terkait kelangkaan gas LPG 3 kg, ia mengungkapkan ada beberapa faktor. Di antaranya, konsumsinya yang sedang meningkat di bulan Ramadan. Selain itu, Hadi menduga banyak masyarakat yang beralih dari gas non subsidi ke gas subsidi, sehingga membuat stoknya makin langka.
Kemudian, katanya, saat ini sudah ada pembatasan dari pemerintah pusat terkait jatah gas subsidi di setiap daerah. Di mana stoknya disesuaikan dengan hasil pendataan tahun lalu.
Selanjutnya, menurutnya pada bulan Februari dan Maret banyak hari libur. Hal ini menyebabkan penyalurannya mengalami keterlambatan.
Lebih lanjut, ia mengatakan selain gas LPG 3 kg, konsumsi BBM bersubsidi juga bakal naik. Hingga Februari 2024, konsumsinya sudah mencapai 36.048 kiloliter. Jumlah tersebut terdiri dari BBM jenis solar dan pertalite.
“Kalau BBM untuk solar, dua bulan ini sudah mencapai 15.408 Kilo liter. Sedangkan pertalite yang disubsidi sudah mencapai 20.640 kiloliter,” kata Hadi
Untuk mengatasi kelangkaan gas LPG 3 kg dan BBM, pihaknya bakal intens melakukan pemantauan di lapangan. Harapannya tidak ada permainan, sehingga stok dan harga di lapangan tetap aman.
“Selain pemantauan harga juga pemantauan ketersediaan untuk memastikan tersedia barang di para pedagang serta tidak ada namanya penimbunan atau pembatasan dari pedagang,” pungkasnya. (*)
Penulis: Miftahus Salam