GROBOGAN, JAWA TENGAH, Lingkar.co – Selama musim kemarau berlangsung, Kabupaten Grobogan rutin menjadi langganan kekeringan.
Untuk mengantisipasi kekeringan akibat musim kemarau tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten setempat melakukan beberapa upaya, penanganan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Grobogan Endang Sulistyoningsih mengatakan, saat ini pihaknya sudah mulai melakukan sosialisasi dan pemetaan wilayah-wilayah yang kemungkinan mengalami kekeringan pada tahun ini.
Baca juga:
Pemkab Karanganyar Buka 1.746 Lowongan CPNS dan PPPK Tahun 2021
“Kita mulai memberikan sosialisasi ke kecamatan daerah mana mengalami kekeringan. Kita melakukan pemetaan yang wilayah kekeringan,” ujar Endang.
Endang menjelaskan, wilayah Kabupaten Grobogan setiap musim kemarau menjadi langganan bencana kekeringan.
Sehingga berdampak pada kekurangan air bersih bagi warga yang terdampak. Karena itu, untuk mengatasinya dibutuhkan upaya bantuan droping air bersih ke warga.
Baca juga:
Jaga Stabilitas Harga, Kemendagri Berikan Apresiasi Pelaku Usaha kedelai
“Tiap tahun grobogan langganan kekeringan, grobogan termasuk tinggi. Kita saat ini sudah mendapat bantuan tangki air baru dari BNPB untuk yang di kota,” jelasnya.
Kekeringan Tertinggi Terjadi di Tahun 2019
Sementara menurutnya, kejadian bencana kekeringan paling tinggi terjadi pada tahun 2019 lalu, sebab pada tahun tersebut terdapat 124 desa dari 18 kecamatan yang mengalami kekeringan.
Sehingga membutuhkan droping air bersih. Sedang pada tahun 2020 wilayah kekeringan berkurang menjadi 15 Kecamatan dari 19 Kecamatan di Kabupaten Grobogan.
Baca juga:
Job Fair Virtual di Kudus Kembali Batal Terselenggara
“Kekeringan yang sering terjadi di Kabupaten Grobogan, karena juga wilayah ini diapit oleh pegunungan kendeng selatan dan utara,” imbuhnya.
Oleh itu pihaknya mengimbau ke warga, bagi wilayah yang sering mengalami kekeringan atau tandus untuk membuat sumur-sumur resapan untuk mengantisipasinya.
Lanjut, terutama wilayah kabupaten bagian timur, dan wilayah kendeng utara. Hal itu menurutnya sejalan dengan yang dipaparkan oleh BNPB Pusat.
Baca juga:
Dampak Pandemi, Pedagang Batik Pekalongan Kurangi Karyawan hingga Tutup Toko
Sementara untuk mengatasi kekeringan pihaknya menyiapkan atau mengalokasikan anggaran sebanyak Rp 130 juta.
“Untuk anggaran kekeringan kurang lebih 130 juta. Kalau kemarin (tahun lalu) kita menyediakan banyak ternyata November sudah hujan. Kalau memang nanti anggaran masih kurang kita meminta anggaran lagi,” jelasnya. (ori/luh)