Lingkar.co – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengatakan konflik Myanmar akan menjadi salah satu poin pembahasan para pemimpin ASEAN pada KTT ke-42.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-42 ASEAN, akan digelar pada 10-11 Mei 2023 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Presiden Jokowi meninjau langsung simulasi penyambutan kedatangan pemimpin ASEAN di Bandara Internasional Komodo, Manggarai Barat, NTT, Minggu (7/6/2023).
Usai meninjau, Presiden Jokowi, berbicara mengenai tantangan ke depan dalam menavigasi ASEAN di antara kekuatan-kekuatan besar.
Kepala Negara menegaskan, ASEAN tidak boleh menjadi proksi bagi negara atau pihak mana pun.
“Prinsip Indonesia di keketuaan ASEAN adalah kolaborasi dan kerja sama dengan siapa pun,” ucap Presiden Jokowi.
“Dan, kita juga tidak ingin ASEAN menjadi proksi siapa pun, proksi negara mana pun,” lanjutnya, dikutip tayangan Youtube Sekretariat Presiden, Minggu (7/5/2023).
Presiden Jokowi menginginkan ASEAN tetap terbuka dan bisa bekerja sama dengan negara mana pun.
Dengan demikian, setiap masalah bisa diselesaikan dengan pendekatan dialog, termasuk isu Myanmar.
Bahkan, kata Presiden Jokowi, isu Myanmar, akan menjadi salah satu poin pembahasan para pemimpin ASEAN pada KTT ke-42 tersebut.
“Iya, Itu secara khusus akan dibahas. Tetapi, acuan kita tetap untuk Myanmar,” ucap Presiden Jokowi.
“Acuan kita tetap five-point consensus, tetap jadi acuan, tetapi itu harus dengan dialog, karena menurut saya sanksi itu bukan sebuah solusi,” jelasnya.
Setidaknya ada tiga hal yang ditekankan Presiden Jokowi terkait isu Myanmar.
“Pertama, kekerasan harus dihentikan, segera dihentikan. Yang kedua, bantuan kemanusiaan harus sampai ke rakyat di Myanmar,” ucapnya.
Yang ketiga, kata Presiden Jokowi, adalah melakukan dialog. Oleh karena it, Myanmar juga harus aktif berperan dalam dialog-dialog.
“Dialog itu yang penting, kita ingin yang aktif tidak hanya di sini, tetapi juga di Myanmar sendiri juga harus aktif untuk berperan dalam dialog-dialog yang kita lakukan,” pungkasnya.
Presiden Jokowi pun berharap agar konflik di Myanmar dapat segera diselesaikan.
Bahas Isu-Isu Penting
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah menyampaikan ada beberapa isu yang akan dibahas dalam ke-42 ASEAN.
Diantaranya kata dia, penguatan institusi ASEAN, penyusunan Visi ASEAN Pasca-2025, perkembangan di Myanmar.
Ada pula tentang pemulihan ekonomi pasca-pandemi, penguatan arsitektur kesehatan di kawasan, serta isu penting lainnya di kawasan dan luar Kawasan.
Dikutip dari laman Kemenlu, Minggu (7/5/2023), KTT ke-42 ASEAN juga diharapkan menghasilkan sejumlah dokumen.
Dokumen tersebut, antara lain Statement Pemimpin ASEAN mengenai penguatan institusi ASEAN, Visi ASEAN pasca-2025.
Lalu, penanganan kejahatan perdagangan orang (TPPO), pelindungan pekerja migran dan keluarganya di masa krisis, kesehatan, ekosistem kendaraan listrik, serta pengembangan jejaring desa ASEAN.
Pertemuan akan dihadiri Kepala Negara/Kepala Pemerintahan negara-negara ASEAN, termasuk Timor Leste sebagai negara anggota ke-11 ASEAN dengan status observer sesuai hasil KTT ke-40 dan ke-41 di Kamboja.
KTT ke-42 ASEAN merupakan yang pertama dari dua KTT ASEAN di bawah Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2023.
Di KTT pertama pada Mei ini, fokus bahasan para Pemimpin ASEAN adalah isu-isu internal ASEAN serta isu-isu penting kawasan dan luar kawasan.
Sementara di KTT ke-43 rencananya pada September di Jakarta, bakal dihadiri para Pemimpin ASEAN dan Pemimpin Negara Mitra ASEAN.
KTT ASEAN ke-43 akan membahas perkembangan dan penguatan kerja sama ASEAN dengan mitra eksternal.***
Penulis: M. Rain Daling
Editor: M. Rain Daling
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps
Respon (1)