Lingkar.co – Ketua Pengurus Daerah (PD) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Semarang, Prof. Dr. Nur Khoiri, S.Pd, MT, M.Pd mengingatkan bahwa tugas guru adalah mendidik, bukan sebatas mengajar. Oleh karena itu ia meminta agar tenaga pendidik tidak membuat konten yang merendahkan martabat guru.
“Jadi, guru jangan sampai membuat konten yang merendahkan martabat guru,” kata Khoiri dalam sarasehan pendidikan yang digelar pada Sabtu (-/12/2025) Dewan Pendidikan Kota Semarang di Hotel Candi Indah Kota Semarang.
Sebagai narasumber sarasehan dengan tema ‘Pendidikan Karakter Sebagai Benteng dan Solusi Untuk Kemajuan Bangsa’, Khoiri dengan gamblang memaparkan berbagai persoalan pendidikan, termasuk dampak negatif media sosial.
Meskipun guru butuh hiburan, namun media sosial bukan ruang privat dan semestinya menjadi ruang ekspresi yang baik. Ia menyontohkan konten berjoget di tiktok yang menurut dia kurang tepat.
Oleh karena itu ia mengingatkan bahwa tugas guru dalam menanamkan karakter anak tidak terbatas pada waktu sekolah dan di ruang kelas, “Jangan hanya mengajar, ada nasionalisme, ada kejujuran. Proses pendidikan itu termasuk membekali nasionalisme,” urainya.
Paparan Guru Besar bidang Ilmu Inovasi Pembelajaran IPA di Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) ini mendapatkan sambutan baik dari para peserta yang terdiri dari Komite dan Kepala SD, SMP, SMA dan SMK se-kota Semarang.
Testimoni ok implementasi pendidikan karakter di sekolah yang disampaikan oleh guru mapel Pai SDN Sawah Besar 01 Gayamsari Kota Semarang Ali Anwar S.Pdi, M.Si
Ketua Dewan Pendidikan Kota Semarang, Dr. Drs. Budiyanto, SH, MHum menambahkan, kegiatan ini merupakan upaya untuk mendengar berbagai pengalaman yang sudah dilakukan oleh para guru dan komite sekolah.
“Hari ini saya hanya ingin mendengar saja, bagaimana penanaman pendidikan karakter di satuan pendidikan karena guru berkarakter menentukan masa depan bangsa Indonesia,” tegasnya. (*)
Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat








