Lingkar.co – Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama’ (MWCNU) Kecamatan Trangkil menyalurkan bantuan kepada para korban yang terdampak bencana angin puting beliung di Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati, Senin (25/3/2024).
Ketua Tanfidziyah MWCNU Trangkil KH. Syakroni mengatakan bantuan yang disalurkan sebesar Rp 20 juta, yang digalang dari LazisNU dan para donatur di Kecamatan Trangkil.
“Ini kita penyaluran bantuan yang terkena musibah angin puting beling pada hari Rabu tanggal 20 Maret 2024 lalu. Harapannya dapat meringankan beban para korban yang terkena dampaknya,” katanya saat ditemui di sela-sela penyaluran bantuan di Balai Desa Guyangan, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati, Senin (25/3/2024). Hadir juga Banom NU, di antaranya IPNU, IPPNU, Fatayat, GP Ansor, Banser, LPBI NU, dan Pagar Nusa NU.
Dia menyebutkan ada lima desa terdampak yang diberikan bantuan, di antaranya Desa Tlutup, Kertomulyo, Guyangan, Krandan, dan Ketanen.
“Di Desa Tlutup itu ada di Madrasah Diniyah Miftahul Ulum dan SMP Abayasa, juga masyarakatnya yang diberikan bantuan. Dilanjut ke Desa Kertomulyo, juga sama untuk masyarakatnya juga ada dan lembaga pendidikan MTs Siratul Ulum juga,” paparnya.
“Ini nanti Desa Guyangan untuk warga. Nanti terus kita ke Krandan dan Ketanen,” imbuhnya.
Ia mengatakan bantuan yang diberikan berupa uang, bukan barang. Sehingga, masing-masing desa bisa mengatur dan membelanjakannya sendiri disesuaikan dengan kebutuhan para korban.
“Kecuali untuk lembaga pendidikan itu langsung kita terimakan kepada lembaganya. Kebanyakan genteng yang rontok dan galvalumnya yang rontok,” ujarnya.
Besaran bantuan yang diberikan, katanya, juga berbeda-beda. Disesuaikan dengan dampak kerusakan yang dialami korban.
“Misalnya, kalau Tlutup Rp 5 juta untuk masyarakat, Madin Rp 500 ribu dan untuk Abayasa tadi Rp 1,5 juta,” sebutnya.
Sebelumnya, katanya, Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat Kecamatan Trangkil juga telah memberikan bantuan berupa sembako kepada sejumlah korban.
“Ada juga dari Fatayat memberikan bantuan berupa sembako, tapi hanya untuk anggota Fatayat,” katanya.
Menurutnya, dampak paling parah bencana angin puting beliung terjadi di Desa Ketanen dan Tlutup.
“D Ketanen Itu yang banyak rusak tempat pembakaran bata, ada sekitar 43,” ujarnya.
Sementara di Desa Tlutup ada beberapa rumah yang rusak, bahkan ada yang sampai roboh.
“Itu di makam Desa Tlutup juga ada nisan yang rusak. Ada pohon besar yang tumbang, sehingga membutuhkan kerja bakti itu sampai empat hari tidak selesai-selesai,” pungkasnya. (*)
Penulis: Miftahus Salam
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps