SEMARANG, Lingkar.co- Keluhan rakyat kecil di sejumlah di daerah di Jawa Tengah (Jateng) terhadap gagasan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo tentang gerakan Jateng di Rumah Saja yang dilaksanakan dua hari pada Sabtu-Minggu (6-7/2) lalu direspon orang nomor satu di Jateng. Menurut Ganjar, belum ada yang mengeluh ke dirinya.
”Kalau mengeluh ke saya belum ada. Masyarakat yang mana? Kalau memang ada, minta datanya siapa saja, bilang ke saya. Tapi lihat juga tenaga nakes,” ungkap Ganjar Pranowo Selasa (9/2/2021).
Pernyataan Gubernur Jateng tersebut, tidak sesuai realita di lapangan. Sebab, banyak keluhan yang disampaikan para pekerja harian dan pelaku usaha kecil yang terdampak gagasan tersebut.
“Sebenernya memang baik karena misi kesehatan. Tapi untuk kita yang hanya mengandalkan jualan ini mau makan apa kalau di rumah saja Mbak,” ujar Hendro, penjual bakso kuah yang setiap harinya berkeliling dan mangkal di depan SMP N 10 Surakarta.
Bahkan selain dampak pendapatan ekonomi warga, gagasan tersebut juga menimbulkan keresahan bagi warga. Sebab, sejumlah harga bahan pokok di pasar justru naik.
Selain itu, tanpa adanya akomodasi bagi mereka yang menggantungkan usaha setiap harinya dari berjualan. Hal itu tentu menimbulkan persoalan lain selain niat Gubernur menekan angka penyebaran Covid-19 di Jateng.
Wati menuturkan selain kesulitan mencari bahan pokok, selama dua hari kemarin daganganya sepi pembeli, bahkan penghasilan dua hari kemarin tidak mencukupi untuk satu hari. Wati berharap penerapan kebijakan seperti Jateng di Rumah Saja untuk lebih ada pertimbangan matang.
“Saya minta tolong, kalo buat kebijakan (Jateng di Rumah Saja, Red) mbok ya pikir matang dulu. Saya yang orang kecil kasihan mas. Cari uang sudah susah. Sekarang beli kebutuhan pokok tambah susah, pada naik semua,” ujar Ibu Wati, penjual angkringan di Pasar Jepara II.
Sebelumnya, Anggota Komisi VII DPR RI Abdul Wachid menyebutkan, gerakan tersebut hanya menimbulkan keresahan masyarakat dan membuat kelangkaan ketersediaan bahan pokok.
”Gagasan Pak Ganjar dua hari di rumah saja itu ngga ngefek. Seharusnya selama 15 hari atau sebulan tapi ada kompensasinya ya,” tegas Abdul Wachid kepada Lingkar Jateng.
Tak hanya itu, gerakan tersebut juga menimbulkan warga panik. Sebab, ada fenomena warga yang berduit memborong bahan pokok dan menyebabkan warga kecil tidak kebagian. Hal tersebut tentunya membuat kelangkaan bahan pokok, efeknya harga barang melonjak pesat.
”Meski hanya 6-7 Februari, banyak masyarakat yang memborong bahan pokok untuk persediaan mengikuti imbauan Pak Ganjar. Beberapa pedagang pasar ambil momen itu dengan menaikkan harga produk jualannya,” lanjutnya.
Lebih parahnya, Abdul Wachid mengungkap bahwa pada 6 Februari banyak pasar maupun toko tidak buka karena cuaca ektrem. ”Banyak pabrik bahan pokok seperti tempe dan tahu juga tidak buka, bahkan kepala dapur umum mengalami kesulitan mencari bahan baku sampai muter kesegala tempat tidak ada,” jelasnya.(ito/ris/dik/luh/lut)
Sumber: Koran Lingkar Jateng
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps