Ahli Kelautan ITB Protes Tol Tanggul Laut Semarang-Demak, Ini Penjelasan Ganjar!

Ahli Kelautan ITB, Hamzah Latief dan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, bersama Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, dalam webinar 'Jakarta Tenggelam' yang digelar Ikatan Alumni ITB, Selasa, (10/8/2021). FOTO: Tangkapan layar Youtube Ikatan Alumni ITB/Lingkar.co
Ahli Kelautan ITB, Hamzah Latief dan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, bersama Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, dalam webinar 'Jakarta Tenggelam' yang digelar Ikatan Alumni ITB, Selasa, (10/8/2021). FOTO: Tangkapan layar Youtube Ikatan Alumni ITB/Lingkar.co

SEMARANG, Lingkar.co – Ahli Kelautan Institut Teknologi Bandung (ITB), Hamzah Latief, mengatakan, pembangunan jalan tol sekaligus tanggul laut Semarang-Demak, mengancam hutan mangrove.

Ia pun protes kepada Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, dalam webinar ‘Jakarta Tenggelam’ yang digelar Ikatan Alumni ITB, Selasa, (10/8/2021).

Hamzah mengatakan, bahwa tanggul laut yang tertutup permanen akan mengancam kehidupan mangrove sebagai tanggul alami.

Whats-App-Image-2024-09-19-at-14-21-32

“Masalah mangrove di Genuk, Sungai Babon, kalau ditutup (tanggul), akan mati,” ujarnya.

Selain itu, keberadaan kolam retensi air tawar antara pantai dan tol sekaligus tanggul buatan itu juga akan mematikan hutan mangrove di sana.

“Kolam retensi air tawar antar pantai dan tol sekaligus tanggul buatan dapat mematikan hutan mangrove dan perlu ada sirkulasi air laut yang bisa suplai ke mangrove,” ungkapnya.

Png-20230831-120408-0000

Menurutnya, Semarang begitu cepat mengalami perubahan garis pantai dari tahun 1990, 2000, 2010, dan 2019. Garis pantainya bisa mundur secara cepat hingga sejauh 1 kilometer.

Dia berharap, rencana jalan tol sekaligus tanggul untuk ruas lain, yaitu Kendal-Semarang, tidak mengancam hutan mangrove.

“Teluk Semarang itu tempat pemijahan, kalau tidak ada, jangan lagi harap ada ikan di Laut Jawa,” kata Hamzah.

Pembangunan tol berbasis tanggul laut (Sea Dike) itu, rencananya merelokasi lahan mangrove sekitaran seksi 1 Tol Semarang-Demak ruas Semarang-Sayung.

Tercatat ada tiga lokasi kawasan mangrove yang akan direlokasi dengan total luas kurang lebih 46 hektare.

Baca Juga:
PPKM Darurat, Kasus Covid-19 di Kabupaten Jepara Menurun

GANJAR MINTA DIBUAT MELINGKAR

Pada kesempatan yang sama, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, menanggapi protes tersebut.

Ia mengaku, sempat menolak pembangunan jalan ruas Tol Semarang-Demak sepanjang hampir 27 kilometer itu, buat lurus.

“Semula desainnya lurus yang saya sebut tol Shirotol Mustaqim saking lurusnya. Tapi saya minta ke Pak Basuki (Menteri PUPR Basuki Hadimuljono) agar dibuat melingkar saja,” kata Ganjar.

Alasan Ganjar, karena desain awal akan menambah beban masalah penurunan tanah.

Selain itu, dengan melingkar, kata Ganjar, bisa sekaligus berfungsi seperti benteng atau tanggul penahan banjir rob.

Ia pun mengusulkan perombakan desain kepada Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono.

“Itu tadinya lurus, maka saya sampaikan untuk dibuat melingkar sekaligus jadi tanggul untuk menahan rob. Alhamdulillah Pak Basuki setuju,” katanya.

PEMANFAATAN AREA KERING

Selain itu, Ganjar, juga menolak pemanfaatan area pesisir yang kering, karena nantinya untuk bangunan.

Ganjar menginginkan, area itu bermanfaat untuk mengendalikan lingkungan, seperti reservoir, dan tempat produktif tanpa membebani lahan.

Menurutnya, penggunaan lahan kering juga bisa untuk kawasan industri, serta pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Sekarang pada area yang kering itu muncul masalah hukum, karena dulu lahan itu dianggap hilang oleh genangan air.

“Polemiknya bergeser pada hak kepemilikan warga di sana yang tanahnya dulu ada, lalu hilang, dan akan ada lagi, ini terkait dengan ganti rugi,” katanya.

PEMBANGUNAN TOL SEMARANG-DEMAK

Jalan Tol Semarang-Demak secara keseluruhan akan memiliki panjang 26,7 kilometer. Terdiri atas seksi Kaligawe-Sayung sepanjang 10,39 kilometer. Mulai konstruksi Januari 2022.

Kemudian, seksi Sayung-Demak sepanjang 16,31 kilometer, yang tengah menjalani proses konstruksi. Target selesai pada 2022.

Pembangunan jalan tol yang melewati kawasan pesisir Semarang ini, mengintegrasikan tanggul laut untuk mencegah masuknya air laut ke kawasan pemukiman penduduk.

Presiden Joko Widodo (Jokowi), pada Jumat (11/6/2021), meninjau pembangunan jalan tol Semarang-Demak, tersebut.

Usia meninjau, Presiden Jokowi, mengatakan keistimewaan jalan tol tersebut, adalah multifungsi.

“Selain meningkatkan konektivitas, jalan tol Semarang-Demak seksi I ini akan berfungsi sebagai pengendalian banjir rob dengan adanya fungsi kolam retensi dan adanya nanti tanggul laut,” jelasnya.

Dia mengatakan, selain menghubungkan jalur transportasi antara Semarang dan Demak, adanya tanggul dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pesisir.

“Nantinya semunya akan kering. Bisa untuk pembangunan kawasan industri dan pendukungnya serta pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru,” kata Presiden.

Sekadar informasi, dari Januari hingga Mei 2021, proyek pembangunan tersebut, menyerap 2.604 pekerja padat karya dengan anggaran senilai Rp1.436.013.572.

Keberadaan Jalan Tol Semarang-Demak, diharapkan akan meningkatkan konektivitas wilayah Jateng bagian utara.

Sekaligus menghubungkan kawasan-kawasan strategis, sehingga dapat menggerakkan perekonomian setempat.*

Penulis : Rezanda Akbar D

Editor : M. Rain Daling

Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *