BI Dorong Perbankan Turunkan Suku Bunga dan Salurkan Kredit

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, dalam konferensi pers secara daring, Selasa (21/9/2021). FOTO: Tangkap layar/Lingkar.co
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, dalam konferensi pers secara daring, Selasa (21/9/2021). FOTO: Tangkap layar/Lingkar.co

JAKARTA, Lingkar.co – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, berharap agar perbankan terus melanjutkan penurunan suku bunga kredit.

Harapan itu ia ungkapkan dalam konferensi pers secara daring, Selasa (21/9/2021), terlihat dari kanal YouTube Bank Indonesia.

“BI mendorong dan mengajak perbankan, mari bersama untuk negeri turunkan suku bunga kredit kepada dunia usaha,” kata Perry.

“Alhamdulillah, suku bunga terus menurun. Tentunya sesuai kondisi bank masing-masing,” lanjutnya.

Meski suku bunga kredit perbankan terus menurun. Namun kata Perry, masih terbatas.

Baca Juga:
BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2021 Tetap Kisaran 3,5 – 4,3 Persen

Pada pasar uang dan pasar dana, suku bunga PUAB overnight dan suku bunga deposito 1 bulan perbankan telah menurun.

“Masing-masing sebesar 55 bps dan 205 bps sejak Juli 2020 menjadi 2,82 persen dan 3,43 persen pada Juli 2021,” kata Perry.

Kemudian, pada suku bunga kredit, kata dia, baru mengalami penurunan pada Agustus 2021.

Hal itu seiring dengan menurunnya persepsi risiko perbankan terhadap dunia usaha setelah pelonggaran kebijakan pembatasan mobilitas.

“Kami di dewan gubernur bersepakat untuk suku bunga tetap 3,5 persen. Kebijakan ini mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Perry.

Bahkan kata dia, suku bunga kredit 3.5 persen adalah terendah dalam sejarah Indonesia.

Karenanya, Bank Indonesia mengharapkan perbankan untuk terus melanjutkan penurunan suku bunga kredit, sebagai bagian dari upaya bersama untuk mendorong kredit kepada dunia usaha.

LIKUIDITAS DI PERBANKAN MELIMPAH

Perry mengatakan, likuiditas sangan melimpah di perbankan. Hal itu tercermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi, yakni 32,67%

“Ini melimpah dan terbesar. Sehingga likuiditas di perbankan sangat tinggi. Kami mengajak perbankan dengan likuiditas itu, salurkan kredit,” ucapnya.

Perry mengatakan, pihaknya telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sebesar Rp122,30 triliun pada 2021 (hingga 17 September 2021).

Kemudian, Bank Indonesia melanjutkan pembelian SBN di pasar perdana untuk pendanaan APBN 2021 sebesar Rp139,84 triliun (hingga 17 September 2021).

“Terdiri dari Rp64,38 triliun melalui mekanisme lelang utama dan Rp75,46 triliun melalui mekanisme Greenshoe Option (GSO),” kata Perry.

Dengan ekspansi moneter tersebut, kondisi likuiditas perbankan pada Agustus 2021 sangat longgar.

Hal itu tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi, yakni 32,67 persen, dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,81 persen (yoy).

Perry juga mengatakan, likuiditas perekonomian juga meningkat, tercermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) yang tumbuh, masing-masing sebesar 9,8 persen (yoy) dan 6,9 persen (yoy).***

Penulis : M. Rain Daling

Editor : M. Rain Daling