Dikunjungi Wisatawan Mancanegara, Dorong Pembangunan Museum

POTENSI: Turis mancanegara asal Australia saat berkunjung ke Desa Kajen, Margoyoso sebelum pandemi covid-19.(MIFTAHUS SALAM/LINGKAR.CO)
POTENSI: Turis mancanegara asal Australia saat berkunjung ke Desa Kajen, Margoyoso sebelum pandemi covid-19.(MIFTAHUS SALAM/LINGKAR.CO)

Mengunjungi Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati (3)

PATI, Lingkar.co– Sejumlah wisatawan telah banyak yang datang mengunjungi Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati. Mereka tertarik mengetahui hingga mempelajari situs-situs peninggalan sejarah yang tersimpan di desa setempat.

Muhammad Zuli Rizal, penggagas Jelajah Pusaka Kajen mengungkapkan, salah satu pusat wisata religi di Kabupaten Pati adalah di Desa Kajen. Di mana, makam waliyullah Mbah Muttamakin berada.

Hijau-Minimalist-Ucapan-Selamat-Sukses-Kiriman-Instagram-3

“Untuk wisatawan lokal sudah sangat banyak pengunjungnya. Bahkan, bisa dibilang tidak pernah sepi dari pengunjung. Apalagi di momen-momen tertentu,” katanya.

Selain wisata religi, wisatawan juga tertarik untuk mengetahui dan belajar terkait sejarah yang ada di desa setempat. Bahkan, mahasiswa baik dari dalam maupun luar negeri sudah ada yang berkunjung.

“Mulai dari SMA Tayu dari mahasiswa IPMAFA. Sampai ada mahasiswa dari luar negeri. Itu pun kita nggak nyangka. dari Chicago, Amerika Serikat. Juga ada dari Australia juga. Yang nganterin temen-temen jelajah,” tuturnya.

Png-20230831-120408-0000

Sementara itu, menurutnya, situs-situs peninggalan tokoh-tokoh besar di Kajen selayaknya perlu untuk dikenal dan dilestarikan. Untuk itu, perlu adanya museum untuk menyimpan benda-benda yang memiliki nilai sejarah.

“Keberadaan museum sebagai penghargaan kita dalam rangka merawat sejarah di Kabupaten Pati. Selain itu, juga memudahkan dalam mendata, mengelola dan merawat benda-benda bersejarah tersebut,” katanya. 

Apalagi, masih banyak lagi peninggalan-peninggalan sejarah di Kajen yang beberapa masih tercerai-berai. Ke depan rencananya juga akan dibangun museum untuk menyimpan benda-benda bersejarah tersebut.

“Karena bumi ini Kajen itu di banyak cerita itu dari kata hajen, dua haji, atau menurut otak Atik bahasa itu Kajen itu yang dihargai, kajenan, wong sing diajeni. Berarti tempat orang-orang aji,” tandasnya.(lam/lut)

Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *