Lingkar.co – Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Semarang bakal memberdayakan Perlindungan Masyarakat (Linmas) dalam meningkatkan potensi retribusi pasar dan Pedagang Kaki Lima (PKL).
Plt Kepala Disdag, Aniceto Magno Da Silva menjelaskan, Disdag ditargetkan pendapatan retribusi mencapai Rp 40 miliar. Namun, terealisasinya hanya sekitar Rp 20 miliar.
Ia menilai, potensi retribusi di Disdag sangat besar dari retribusi pasar, PKL, kebersihan pasar, sehingga pihaknya melibatkan Linmas untuk penarikan retribusi.
“Potensinya sangat besar, jika dimaksimalkan akan bisa mencapai target. Selama ini kita hanya punya 37 juru pungut, dengan 52 pasar dan PKL,” ujarnya, Selasa (27/5/2025).
Minimnya pendapatan retribusi kata dia, membuat Pemkot Semarang tidak bisa melakukan perbaikan pasar yang mengalami kerusakan. Dari data yang ada, sekitar 30 sampai 40 persen perlu perbaikan.
“Ada 20 sampai 25 pasar yang harus diperbaiki. Misalnya di Gayamsari, didalamnya ngeri salurannya mampet, atapnya bocor temuan ini ada banyak pasar tradisional,” tambahnya.
Dia menerangkan, pasar merupakan sumber perputaran uang yang terjadi siang dan malam. Namun retribusinya tidak maksimal, dia menduga ada kebocoran meskipun sudah ada sistem non tunai. Kendalanya kata dia, pedagang yang berumur enggan menggunakan sistem tersebut.
“Sebanyak 70 persen, masih tunai sisanya non tunai. Kalau kita wajibkan non tunai, dikiranya kita mempersulit,” katanya.
Dia menerangkan dengan konsep dilibatkan linmas, akan lebih maksimal dari sisi pendapatan ataupun pendataan. Disdag kata dia, saat ini mencoba sedang mencoba melibatkan Linmas untuk melakukan pendataan PKL Kelurahan Pindrikan Lor.
Adapun terkait wacana ini, kata dia, akan diusulkan menjadi kajian dan jika disetujui akan dibuat Surat Keputusan (SK) Wali Kota Semarang.
“Linmas kan tau wilayahnya, nanti difungsikan patroli wilayah, pendataan fan penarikan retribusi. Ini masih wacana, butuh kajian jika disetujui nanti dibuat SK Wali Kota. Tentu dengan bantuan Linmas ini bisa menambah PAD,” pungkasnya. ***