Lingkar.co – Pondok Pesantren Ar-Rois Cendekia Semarang mendorong kemandirian pesantren. Salah satunya dengan menggelar Sarasehan Kemandirian Ekonomi Pesantren yang menghadirkan Pembina Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School Parung Bogor, Dr. Hj. Umi Wahedaa, S.Psi, M.Si, Rabu (25/10/2023).
Ada 150 peserta perwakilan dari berbagai pesantren di Jawa Tengah. Kegiatan yang digelar di Aula Yayasan Ar-Rois Cendekia, merupakan kerja sama dengan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Jawa Tengah,
Umi Wahedaa mengatakan, sejak didirikan tahun 1998 Pondok Pesantren Nurul Iman telah menggratiskan biaya pendidikan untuk santri. Dari kepemimpinan suaminya Habib Saggaf, Pondok Pesantren Nurul Iman berkembang pesat dari tahun ke tahun.
Puncaknya, pada tahun 2010, Habib Saggaf meninggal dunia. Atas amanah suami sebelum meninggal, kepemimpinan pesantren jatuh kepada dirinya.
“Habib, tidak meninggalkan warisan. Ia hanya meninggalkan wakaf atau aset pesantren ini. Pesannya sebelum meninggal, saya yang harus mengelola,” ungkapnya.
Ia mengaku, saat awal memimpin pondok pesantren merasa tertekan, karena tidak tahu bagaimana mengelola bisnis pesantren. Terlebih masih ada hutang unit usaha pesantren senilai 2 miliar.
“Saya ditugaskan hanya mengajar oleh suami. Tidak pernah ikut berkecimpung dalam pengolaan bisnis. Tetapi saya nekat, dan alhamdulillah bisa terlaksana sampai saat ini,” ucapnya.
“Saya lunasi hutang-hutang unit usaha dahulu. Saya jual mobil, jual emas dan sebagainya. Bisa dibilang saya mengelola unit usaha pesantren ini dari minus, bukan zero lagi,” imbuhnya.
Kemudian, Umi menuturkan, awal dahulu ada 25 unit bisnis dan sekarang telah berkembang menjadi 59. Semua unit tersebut murni atas pengelolaan mandiri oleh pesantren, tanpa sokongan donasi dari luar. Dikelola oleh dirinya dan dibantu oleh santri-santri yang telah lulus SMA atau Sarjana.
“Sama sekali, tanpa donasi. Kita benar-benar kelola secara mandiri secara profesional dan transparan,” tuturnya.
Ia berpesan dalam pengelolaan bisnis di pesantren harus dibagi kedalam empat bidang manajerial. Manajemen sumber daya manusia, manajemen produksi, manajemen keuangan dan manajeman pemasaran. Empat bidang tersebut harus dikelola oleh orang-orang yang berbeda.
“Ini, biasanya di pondok, seluruh manajeman dipegang satu orang. Ini harus dirubah, agar manajerial bisnis pesantren bisa berjalan efektif. Jangan sampai bagian produksi ikut campur dalam pemasaran, dan sebagainya” pesannya.
“Lihat pasarnya dulu, dan harus percaya diri dengan produk kita sendiri. Itu prinsip,” tegasnya.
Sementara, Pengasuh Pondok Pesantren Ar-Rois Cendekia, Dr. K.H Ahmad Rofiq Mahfudz, M.Si mengungkapkan, sarasehan ini dilaksanakan dalam rangkaian peringatan Hari Santri Nasional.
Harapannya, dapat memantik pengelola dan santri-santri pondok pesantren atas kepercayaan dirinya dan keterampilan yang kuat untuk berwirausaha.
“Semoga sarasehan kemandirian pesantren dapat menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan agama dapat berintegrasi dengan pengembangan keterampilan praktis, menciptakan generasi muda yang terampil, mandiri, dan berdaya saing tinggi di era globalisasi,” harapnya. (*)
Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat