Lingkar co – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dapil Jawa Tengah, Abdul Kholik mendorong Pimpinan Wilayah (PW) Muslimat Nahdlatul Ulama (Muslimat NU) Jawa Tengah untuk menggiatkan kemandirian organisasi.
Menurut senator asal Cilacap, Jawa Tengah ini, NU sebagai organsiasi memiliki 3 fungsi. Pertama adalah bidang pendidikan, melalui pesantren, sekolah dan lain sebagainya.
“Termasuk pengajian. Karena mencari ilmu merupakan kewajiban bagi muslim dan muslimat,” katanya kepada Lingkar.co, Selasa (28/2/2023).
Abdul Kholik mengatakan hal itu dalam Rapat Koordinasi Muslimat NU Se Jawa Tengah di Gedung DPD RI Perwakilan Jawa Tengah; Jl. Imam Bonjol 185 Semarang, Minggu (26/2/2023).
Adapun rapat koordinasi tersebut mengusung tema Meneguhkan Jalan Kemandirian Ekonomi NU
Hadir lengkap perwakilan PC Muslimat NU Se Jawa Tengah, PW Muslimat NU Jawa Tengah, serta PWNU dan LazisNU Jawa Tengah.
Kedua, lanjutnya, adalah fungsi dakwah. Ketiga adalah pemberdayaan ekonomi yang harus terus diperkuat.
“NUnomics sebagai sebuah jalan menuju kemandirian ekonomi NU dengan cara mengkonsolidasi seluruh potensi yang dimiliki,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Abdul Kholik bersama Muslimat NU berkomitmen untuk berkolaborasi dengan isu penting lain.
Yakni dari pendidikan hingga upaya membangun generasi disiplin dan taat berlalu lintas untuk mencegah dan mengurangi korban kecelakaan.
“Selain itu juga mendorong pengelolaan sampah untuk mengurangi risiko pencemaran lingkungan serta pemberdayaan petani,” tandasnya.
Ketua PW Muslimat NU Jateng, Prof. Hj. Ismawati Hafied, memaparkan, pihaknya telah memulai gerakan kemandirian organisasi dengan 2 produk.
Ia lantas menyebut garam dan sabun cuci dengan brand Mama NU. Produk tersebut dibuat oleh warga NU dan digunakan oleh warga NU.
Ia juga menyebut potensi sedekah, baik berupa koin di masing-masing rumah maupun yang diserahkan melalui Lazisnu.
“Dengan rata-rata dana masuk di Lazis per bulan mencapai 10 miliar. Bahkan untuk dana peduli banjir yang dari Muslimat NU Jateng kemarin lebih dari Rp 1 miliar,” bebernya.
Selain itu, Muslimat NU berjejaring hingga sampai ke ranting kelurahan dan desa. Bahkan banyak ranting yang memiliki kelompok usaha di tingkat dusun.
“Secara struktur sangat siap untuk mengoptimalkan kemandirian ekonomi,” tegasnya.
Guru besar di UIN Walisongo Semarang ini juga mengungkapkan, pihaknya saat ini juga tengah mempersiapkan produk berupa beras kemasan.
Tujuannya, agar hasil pertanian dapat diserap dengan baik dan petani mendapatkan harga terbaik.
“Tidak seperti saat ini, ketika panen raya harga anjlok dan petani merugi. Sementara petani tetap harus menjualnya karena untuk kebutuhan keluarga dan kebutuhan masa tanam selanjutnya,” ujarnya. (*)
Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat