DPUPR Surakarta Sebar Daerah Resapan Air, Cegah Genangan hingga Banjir

Sampah tampak tersangkut di salah satu sungai di Kota Solo. (GALUH SEKAR KINANTHI/LINGKAR.CO)
Sampah tampak tersangkut di salah satu sungai di Kota Solo. (GALUH SEKAR KINANTHI/LINGKAR.CO)

SURAKARTA, Lingkar.coDinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Surakarta, sebar daerah resapan air di beberapa titik. Hal itu guna menanggulangi genangan hingga cegah banjir daerah setempat.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi potensi cuaca ekstrim dan hujan dengan intensitas tinggi melanda beberapa kota dan daerah di Jawa Tengah. Di antaranya Kota Solo yang terjadi pada 26 hingga 28 Januari.

Kasi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo Toto Jayanto membenarkan, adanya cuaca ekstrim yang melanda Kota Solo dalam kurun waktu tiga hari tersebut.

“Ini benar, meskipun tidak bisa dicegah,  namun datangnya bisa kita deteksi dan bisa diedukasikan ke masyarakat mengenai kemungkinan-kemungkinan akibat cuaca ekstrem tersebut,” ujar Toto.

Sihono, selaku Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) DPUPR Kota Surakarta juga menanggapi perihal permasalahan banjir dan genangan di Kota Solo. Menurut Sihono, pihaknya sudah secara maksimal menangani keduanya.

“Kami rutin melakukan pemompaan ketika dini hari, waktu warga masih tidur itu kita bekerja, di titik-titik sungai yang intensitasnya tinggi, hal ini dimaksudkan untuk mencegah banjir masuk ke pekarangan warga,” jelasnya.

Png-20230831-120408-0000

Sihono juga mengungkapkan bahwa pihaknya juga telah membuat banyak resapan air, utamanya di daerah Jalan Selamet Riyadi dan area Stadion Manahan. Dimana lokasi tersebut biasanya ditemukan banyak genangan air karena kurangnya resapan air.

“Sekarang kan air yang di sana sudah tidak menggenang lama seperti dulu, karena kita sudah buat resapan itu, memang tidak langsung terserap semua melainkan bertahap. Setidaknya bisa mengurangi genangan dari sebelumnya,” imbuhnya.

Meskipun upaya dari pihaknya sudah ada tapi jika kesadaran masyarakat belum ada tentu tidak akan maksimal. Sebab, sering kali warga justru menutup area resapan air hingga mengubah fungsi tanah menjadi paving dan bangunan.

Hal ini perlu perhatian lebih, baik dari masyarakat sendiri maupun pemerintah yang harus memperketat aturan lahan bangunan.

“Yang masih menjadi pekerjaan kami di daerah kampus UNISRI itu, di sana masih banyak genangan yang perlu ditangani segera. Hanya saja di sana kan area jalan provinsi,  jadi perlu koordinasi lagi dengan pusat terkait penanganan tersebut,” pungkasnya. (luh/aji) Sumber: Koran Lingkar Jateng

Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *