Berita  

Gerbang Tani Soroti Kelangkaan Pupuk dan Kartu Tani

Ketua Umum Gerbang Tani Idham Arsyad, pihaknya menyoroti tentang kelangkaan pupuk dewasa ini dan konsep kartu tani. Dok Pribadi/Lingkar.co
Ketua Umum Gerbang Tani Idham Arsyad, pihaknya menyoroti tentang kelangkaan pupuk dewasa ini dan konsep kartu tani. Dok Pribadi/Lingkar.co

JAKARTA, Lingkar.co – Ketua Umum Gerakan Kebangkitan Petani dan Nelayan Indonesia (Gerbang Tani) Idham Arsyad menyoroti terkait kelangkaan pupuk di Indonesia.

Menurut Idham, metode kartu tani yang pemerintah gunakan memiliki beberapa hal yang dapat menimbulkan masalah di lapangan.

“Konsepnya (kartu tani, red) sih oke. Tapi fakta di lapangan, banyak yang tidak tepat sasaran,” katanya saat Lingkar.co wawancarai melalui pesan singkat, Rabu (19/1/2022).

Idham mengungkapkan temuan di lapangan tersebut menunjukkan pemerintah belum memiliki tatanan yang baik terkait distribusinya.

“Sangat menyedihkan, menunjukkan betapa pemerintah tidak memiliki sistem yang cukup memadai dalam alur distribusi pupuk. Terutama pupuk bersubsidi,” ungkapnya.

Gerbang Tani sebelumnya sudah menduga hal tersebut akan terjadi ketika pemerintah mulai meluncurkan kartu tani. Tingkat keakuratan data yang minim serta kurangnya koordinasi antar kementerian menjadi masalah utama yang membuat membuat pupuk menjadi langka.

Png-20230831-120408-0000

“Kami sudah duga sebelumnya, dari pengambilan data yang tidak akurat antara data BPS dan Kementan. Sehingga berdampak pada kuota kebutuhan pupuk bersubsidi petani menjadi tidak sama,” terang Idham.

Belum lagi, lanjut Idham, temuan di lapangan soal penerima kartu tani ternyata bukan petani.

“Jadi fakta di lapangan kita temukan, penerima kartu tani bukan petani sebenarnya. Yang benar-benar petani malah membeli pupuk bersubsidi dari mereka-mereka ini. Kan kalau gak punya kartu tani tidak bisa nebus pupuk bersubsidi,” jelasnya.

Karena hal tersebut, Idham merekomendasikan kepada pemerintah untuk memiliki tatanan yang baik soal data pendistribusian kartu tani dan pupuk.

“Ini kan persoalan, sebuah negara agraris tapi belum mampu mengatur dan mengelola sarana produksi pertanian. Segera ada pembenahan pada data di BPS dan Kementan,” katanya.

Idham Arsyad: Model Kartu Tani Tidak Penuhi Kebutuhan Petani

Idham menyatakan bahwa dengan kebutuhan pupuk sebanyak 22juta ton dan subsidi pupuk hanya 9juta ton, metode kartu tani ini tidak akan memenuhi kebutuhan petani.

“Gerbang Tani memandang, lebih baik mengatur pasar dan para pemain pupuk untuk memudahkan petani mendapatkan pupuk. Pengaturan pasar berkaitan dengan mendorok produksi dan menindak tegas pemain-pemain nakal pupuk,” tukasnya.

Penulis: Muhammad Nurseha
Editor: Muhammad Nurseha

Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *