Lingkar.co – Korp Sukarela (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI) Unit Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) melakukan program pembinaan masyarakat dalam bentuk mengolah limbah rumah tangga.
Hal itu karena adanya keprihatinan dengan sampah yang menggunung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Jangan sampai ada sampah yang dikirim ke TPA, atau setidaknya meminimalisir sampah menuju TPA.
“Rumah Sampah ini adalah Program Penguatan Kapasitas (PPK) Organisasi Mahasiswa (Ormawa). Dari berbagai rencana, kita pilih pengelolaan sampah karena kami prihatin sampah yang menggunung di TPA,” kata Komandan KSR PMI Unwahas, Siska Maulida usai melakukan monitoring di desa binaan, RW 2 Desa Pongangan, Gunungpati, Kota Semarang, Sabtu (7/10/2023).
Bahkan, lanjutnya, tidak sedikit pula sampah yang menyumbat selokan dan sungai. Kondisi tersebut, menurutnya, berdampak pada banjir ketika musim hujan dan munculnya bibit penyakit.
“Kita berikhtiar sedikit demi sedikit agar sampah itu tidak sampai ke TPA. Caranya ya dikelola, ada yang masih bisa menghasilkan uang atau diolah untuk keperluan lain,” terang mahasiswi jurusan Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam (FAI).
Senada, ketua pelaksana kegiatan PPK Ormawa KSR PMI Unwahas, Siti Barkah Oktaviana menerangkan, program tersebut merupakan bagian dari solusi agar organisasi relawan PMI berbasis mahasiswa Unwahas bermanfaat bagi masyarakat.
“Pengelolaan sampah kita pilih karena terasa lebih pas dengan KSR yang biasanya berperan aktif dalam kegiatan kebencanaan. Nah, mengolah sampah ini merupakan bagian mitigasi bencana yang luar biasa lengkap,” ujarnya.
Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) ini lantas menguraikan, pengelolaan sampah dimulai dari pemilihan hingga pembangunan Rumah Sampah. Ada yang perlu dibersihkan dan disimpan untuk dijual sebagai rosok seperti plastik, kaca, dan besi.
“Untuk sampah plastik sudah ditampung oleh kelompok Dasa Wisma setempat. Ini sudah jelan sebelum ada program dari KSR,” bebernya.
Sedangkan untuk sisa sayuran yang tidak dimasak bisa dibuat pupuk cair dan kering. Ada juga jenis limbah rumah tangga yang diolah dalam bentuk produk ekonomi kreatif.
“Untuk bekas sayuran yang tidak kepake, bisa diolah menjadi pupuk kering dan basah. Ini kita adakan pelatihan dan kita dampingi dal bentuk monitoring berkala. Kemudian ada juga pelatihan ekonomi kreatif atau ekraf. Ini juga mengolah sampah,” paparnya.
Sementara, dosen pendamping kegiatan sekaligus pembina KSR PMI Unwahas,: Dr. Ifada Retno Ekaningrum, M.Ag mengaku bangga dengan kreativitas mahasiswa dalam aktivitas ekstrakurikuler.
“Selaku pembina, kami tentunya bangga dengan adik-adik mahasiswa KSR yang semakin kreatif dalam kegiatan. Ini tentu harus mendapatkan dukungan yang konkrit ya agar generasi selanjutnya bisa lebih baik lagi,” tuturnya.
Kaprodi S3 PAI di FAI Unwahas ini melanjutkan, sejak pertama KSR PMI Unit Unwahas berdiri, ia sudah mendapat peran sebagai pembina. Karena itu, ia mengetahui betul perkembangan dari tahu ke tahun.
“Dari yang sejak pertama responsif di kebencanaan sampai ke beberapa daerah, sempat mengalami penurunan karena pandemi semua aktivitas online, jadi hanya bisa melakukan spraying disinfektan di kampus dan pemukiman warga sekitar, alhamdulilllah sekarang ini berangsur-angsur kembali aktif,” ungkapnya.
“Mohon doanya semoga kedepannya bisa terus berkembang dengan baik dan membawa nama baik untuk almamater Unwahas tercinta,” pungkasnya. (*)
Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps