Lingkar.co – Cuaca di Kota Semarang dalam beberapa hari terakhir terasa tak menentu. Udara pagi yang lembap dan mendung sering berubah jadi panas terik di siang hari, kemudian hujan deras mengguyur menjelang sore. Pola cuaca ini mulai dirasakan warga sejak awal Oktober.
Forecaster BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Winda Ratri, menyebut fenomena tersebut sebagai tanda masuknya masa transisi dari kemarau ke musim hujan.
“Sekarang kita berada di masa peralihan. Dalam periode ini, cuaca bisa berubah dalam hitungan jam. Tidak stabil, karena pengaruh angin dan kelembapan udara mulai bergeser,” jelas Winda, Selasa (21/10/2025).
Menurutnya, wilayah pantura seperti Semarang biasanya memasuki musim hujan sedikit lebih lambat dibanding daerah pegunungan. BMKG memperkirakan hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi baru akan merata pada akhir Oktober hingga November mendatang.
“Kawasan pegunungan Jawa Tengah seperti Banjarnegara, Batang, dan Pekalongan bagian utara sudah mulai basah. Sedangkan Semarang dan sekitarnya baru akan menyusul beberapa pekan lagi,” katanya.
BMKG juga mendeteksi adanya aktivitas atmosfer yang memperkuat potensi hujan, di antaranya bibit siklon tropis di barat Sumatera, siklon di Filipina, serta gelombang Rossby yang sedang melintas di langit Jawa. Fenomena ini akan aktif hingga 23 Oktober dan bisa menambah frekuensi hujan lokal.
“Kalau diibaratkan, saat ini ada ‘arus udara’ yang membawa uap air melintas di atas Jawa Tengah. Ketika kelembapannya tinggi, hujan lebih mudah turun,” tambahnya.
Dari pantauan BMKG, suhu udara di Semarang kini cenderung lembap dengan rata-rata kelembapan mencapai 80 persen. Kondisi ini menandakan atmosfer mulai siap untuk memasuki musim hujan penuh.
BMKG mengimbau masyarakat agar waspada terhadap perubahan suhu ekstrem, terutama bagi warga yang beraktivitas di luar ruangan dan pengendara motor. Perbedaan suhu siang dan malam yang tajam bisa berdampak pada kesehatan.
“Hindari kehujanan lalu langsung terpapar angin malam. Jaga daya tahan tubuh karena fluktuasi suhu seperti ini bisa memicu batuk dan flu,” pesan Winda.
Sejumlah warga mengaku mulai menyesuaikan aktivitas mereka. “Kalau pagi masih adem, tapi siang bisa panas banget. Sekarang jadi sedia jas hujan terus di motor,” kata Rizal, warga Genuk yang setiap hari berangkat kerja ke kawasan industri Terboyo.
BMKG memprediksi musim hujan tahun ini akan berlangsung selama enam hingga tujuh bulan ke depan, dengan potensi hujan lebat meningkat sejak November. ***








